Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sektor tekstil India mengalami tekanan besar setelah Amerika Serikat secara resmi menggandakan tarif impor terhadap produk tekstil dan garmen asal India.
Kenaikan tarif hingga 50% ini membuat saham sejumlah perusahaan tekstil papan atas anjlok di perdagangan intraday pada Rabu (27/8).
Saham Tekstil India Merah di Bursa
Mengutip financialexpress, sejumlah pemain utama industri tekstil India mengalami pelemahan harga saham. KPR Mill, Gokaldas Exports, Trident, Vardhman Textiles, Arvind, dan Welspun Living tercatat turun hingga 3% pada perdagangan intraday.
Tidak hanya itu, emiten lain seperti S P Apparels merosot 1,4%, Siyaram Silk Mills turun 1,6%, Raymond melemah 1,9%, Sai Silks (Kalamandir) terkoreksi 2%, sementara Kitex Garments anjlok hingga 5% dan menjadi penurunan terdalam hari ini.
Baca Juga: India Perpanjang Pembebasan Bea Impor Kapas hingga Desember 2025
Bahkan emiten menengah juga terdampak. Vardhman Textiles turun 2,2% ke ₹389,20, Ambika Cotton Mills melemah 0,6%, serta Welspun Living dan Gokaldas Exports terkoreksi hampir 2%.
Mengapa Tarif AS Sangat Penting bagi Tekstil India
Kebijakan tarif baru ini muncul setelah Presiden AS Donald Trump menandatangani perintah eksekutif untuk menambahkan 25% tarif tambahan, sehingga total bea masuk terhadap tekstil dan garmen India menjadi 50% mulai 27 Agustus 2025.
Langkah ini menjadi pukulan telak karena Amerika Serikat merupakan pasar terbesar bagi tekstil India, dengan porsi sekitar 55% dari total ekspor. Kenaikan tarif tersebut langsung membuat produk India lebih mahal dibandingkan pesaing seperti Vietnam (20%), Indonesia (19%), Jepang (15%), dan bahkan China (30%).
Akibatnya, importir AS dikhawatirkan akan mengalihkan pesanan ke negara pesaing, melemahkan posisi India di pasar global.
Produksi Tekstil India Mulai Terhenti
Dampak tarif ini sudah mulai terasa di lapangan. Sentra tekstil besar seperti Tiruppur, Surat, dan Noida mulai menghentikan atau mengurangi produksi.
Baca Juga: Tarif Baru AS Ancam Ekonomi India: Untung US$17 Miliar dari Minyak Rusia Bisa Hilang
Federation of Indian Export Organisations (FIEO) memperingatkan bahwa ekspor tekstil senilai hampir ₹72.000 crore kini berada dalam risiko. Jika tren ini berlanjut, jutaan pekerja yang bergantung pada sektor padat karya ini bisa terdampak pemutusan hubungan kerja (PHK).
Selain itu, FIEO mencatat lebih dari setengah pengiriman tekstil India ke AS kini menghadapi kerugian kompetitif hingga 30-35% dibandingkan rival utama.
Strategi Pemerintah India: Tekan Biaya, Cari Pasar Baru
Untuk menahan dampak negatif, pemerintah India mengambil langkah cepat dengan memperpanjang pembebasan bea masuk kapas hingga 31 Desember 2025. Kebijakan ini diharapkan bisa menekan biaya bahan baku bagi pabrik tekstil dan eksportir.
Selain itu, pemerintah juga mempercepat upaya menandatangani Perjanjian Perdagangan Bebas (FTA) dengan lebih banyak negara, guna membuka akses pasar baru dan mengurangi ketergantungan pada AS.