Sumber: Bloomberg | Editor: Syamsul Azhar
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kampanye para produsen energi baru dan terbarukan (EBT) yang telah lama menggembar-gemborkan yakni janji listrik berbiaya murah, merupakan kesalahan besar.
Sebab kampanye jaminan energi murah itu hanya akan membantu mereka untuk menekan dan memangkas dominasi produsen listrik berbahan bakar fosil.
Tapi janji energi murah itu sudah terlalu jauh. Menurut produsen turbin angin terbesar di dunia Vestas Wind Systems saat ini terjadi kerugian besar dari pengembangan EBT.
Produsen melihat kerugian menumpuk karena pesanan anjlok pada saat mereka harus memanfaatkan momentum gejolak di pasar gas alam.
Baca Juga: Maharaksa Biru Energi (OASA) Kerja Sama dengan Perusahaan Jerman di Sektor EBT
Seperti kita tahu harga gas alam hampir setahun terakhir naik tinggi akibat adanya perang antara Rusia dan Ukraina.
Karena itu menurut Chief Executive Officer Vestas Wind Systems Henrik Andersen yang harus disalahkan adalah desakan industri bahwa listrik bersih EBT hanya bisa lebih murah.
Dalam sebuah opini di Recharge News, yang dikutip Bloomberg, Chief Executive Officer Vestas Henrik Andersen meminta para politisi di Eropa untuk tidak mengabaikan investasi dalam energi hijau, termasuk energi berbasis angin. Hal ini pada saat mereka melangkah untuk melindungi konsumen dari harga energi khususnya fosil yang setinggi langit.
"Dengan krisis energi yang sekarang mengancam ketidakstabilan ekonomi, dapat dimengerti bahwa pemerintah harus turun tangan dengan langkah-langkah mendesak," kata Anderson di kolom opini tersebut.
Baca Juga: Ini Strategi Bisnis Pertamina Dukung Target Net Zero Emission 2060
Intervensi pasar jangka pendek seperti 'kontribusi krisis' yang diusulkan Uni Eropa bagaimanapun, hanya akan mengatasi gejala guncangan energi, bukan yang mendasarinya penyebabnya.
Dia menunjukkan bahwa krisis ini disebabkan oleh ketergantungan Eropa yang berlebihan pada bahan bakar fosil sehingga solusi jangka panjang adalah perluasan energi terbarukan.
"Dan jika kita tidak menabur benih sekarang, kita berisiko kembali ke sini tahun depan," kata Anderson dikutip Financial Post.
Henrik Andersen lebih lanjut memperingatkan bahwa mengganggu kondisi pasar seperti mengubah desain pasar atau batas keuntungan harus didekati dengan "hati-hati".
"Kita harus menghindari pemicu distorsi pasar yang mengurangi selera investor untuk energi terbarukan dalam jangka panjang," katanya.
Baca Juga: Sejumlah Poin Draf RUU EBT Dinilai Tak Sesuai Tujuan Mendorong Energi Terbarukan
Pada saat yang sama, Andersen mengatakan dia skeptis terhadap rencana untuk meningkatkan sumber energi fosil dalam jangka pendek.
"Satu-satunya solusi adalah memprioritaskan ketahanan energi untuk jangka panjang. Ketahanan berarti kemandirian energi, kemampuan untuk mengandalkan sistem energi yang terdekarbonisasi, berbiaya rendah, dan tahan terhadap gangguan pasokan.