Reporter: Asnil Bambani Amri, Bloomberg | Editor: Asnil Amri
BANGKOK. Pabrik gula di Thailand mulai menggenjot kapasitas produksi untuk mengantisipasi kenaikan permintaan gula putih mendekati masuknya bulan Ramadan dan Lebaran Idul Fitri.
Eksportir gula terbesar kedua dunia itu, sengaja meningkatkan produksi gula setelah harga gula dunia melonjak. Harga gula rafinasi khususnya, sudah naik 62%, yang merupakan kenaikan tertinggi dalam setahun terakhir.
Faktor yang menyebabkan kenaikan harga gula itu adalah; naiknya permintaan gula menjelang Ramadan terutama di Timur Tengah dan Afrika Utara. Selain itu kenaikan harga ditunjang oleh penundaan panen di Brazil yang membuat produsen gula disana menghentikan produksi.
"Harga gula putih sangat atraktif, membuat pembeli cenderung membeli bahan baku raw sugar," kata Piromsak Sasunee, CEO Thai Sugar Trading Corp Thailand, dalam sebuah wawancara di Bangkok, kemarin (11/6).
Piromsak bilang, kenaikan harga gula putih cenderung meningkat saat bulan Ramadan tiba, khususnya di negara yang berpenduduk muslim mayoritas. Saat ini, harga gula putih adalah US$ 143,27 per metrik ton, lebih mahal raw sugar.
Piromsak menargetkan, Thailand akan mengekspor gula putih sebanyak 2,3 juta ton tahun ini. Sementara ekspor raw sugar diperkirakan mencapai 5,5 juta ton. Lebih dari 80% gula yang akan diekspor tersebut sudah terjual.
"Thailand harus dapat mengambil bagian lebih baik dari Brasil, sebagai negara yang terletak di dekat dengan pembeli di negara-negara Asia," kata Piromsak. Ia menambahkan, bahwa permintaan gula Thailand sangat kuat dari Indonesia, Jepang dan Korea Selatan.