Reporter: Barratut Taqiyyah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
ISTANBUL. Sepertinya, saat ini bukan waktu yang tepat untuk mencatatkan saham di bursa. Apalagi untuk sebuah perusahaan minyak.
Pasalnya, harga minyak sudah kehilangan separuh nilainya hanya dalam kurun waktu dua tahun. Sehingga, kondisi market yang lesu akan membuat perhelatan initial public offering (IPO) terancam sepi peminat.
Kendati demikian, Saudi Aramco bukanlah perusahaan minyak biasa. Produsen minyak terbesar dunia ini menegaskan, pihaknya akan siap meluncurkan IPO terbesar dalam sejarah pada 2018 mendatang.
"Kami sangat optimistis," jelas CEO Saudi Aramco Amin Nasser kepada CNNMoney.
Dia menambahkan, pasar saham mulai pulih saat ini. "Kami berharap kondisinya akan semakin membaik di 2017 dan 2018 merupakan waktu yang tepat," jelasnya.
Sekadar informasi, Arab Saudi mengutarakan niatnya untuk melepas sebagian sahamnya pada awal tahun ini. Anjloknya harga minyak sudah membuat lubang besar pada anggaran belanja negara kerajaan itu. Kendati begitu, meski hanya melepas sebagian kecil saham, namun, nilainya mencapai miliaran dollar.
Pemerintah Arab Saudi memprediksi, nilai IPO Aramco bisa mencapai US$ 2 triliun. Jika market setuju, dengan menjual 5% saham saja, Aramco bisa menghimpun dana senilai US$ 100 miliar.
Angka tersebut empat kali lebih besar dari IPO Alibaba yang dihelat pada 2014 lalu.
Detil dari penjualan akan diputuskan langsung oleh putra mahkota Mohammed bin Salman. Sang pangeran memang berencana melakukan diversifikasi perekonomian Arab Saudi sehingga tidak lagi tergantung pada minyak.
Di bawah rencana tersebut, Arab Saudi ingin mendongkrak pendapatan non minyak hingga enam kali lipat menjadi US$ 266 miliar pada 2030 dan menciptakan public fund senilai US$ 1,9 triliun untuk investasi di Arab Saudi maupun luar negeri.
Meskipun sudah diketahui waktu pelaksanaan IPO, namun Arab Saudi masih belum memutuskan di mana Aramco akan mencatatkan sahamnya.
Menurut Nasser, pihaknya membidik sejumlah market utama dunia, termasuk New York, London, Hong Kong, dan Tokyo.
"Saat kami bicara mengenai 2018, kami merasa nyaman dan yakin akan berhasil memenuhi seluruh persyaratan di pasar yang berbeda," papar Nasser.