Sumber: Forbes,Bloomberg | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - RIYADH. Kabar mengejutkan datang dari Arab Saudi, setelah kerajaan menangkap sebelas pangeran, empat menteri dan belasan mantan menteri lainnya Sabtu lalu (4/11) dengan dugaan korupsi. Tiga di antaranya merupakan pejabat paling top di negeri seribu dongeng tersebut.
Salah satunya adalah Pangeran Alwaleed bin Talal, sepupu Raja Salman bin Abdulaziz, sekaligus salah satu orang terkaya dunia. Mengutip Forbes, Al Waleed memegang kendali perusahaan investasi Kingdom Holding.
Portofolio investasi perusahaan ini ditanamkan mulai dari Citigroup, Twitter, Plaza Hotel di Manhattan, hotel George V di Paris, dan jaringan televisi satelit di negara-negara Arab. Forbes menghitung, kekayaan Al Waleed mencapai US$ 18,7 miliar atau sekitar Rp 252 triliun.
Juga ikut terciduk, putra terakhir keturunan Abdullah, Pangeran Miteb bin Abdullah, kepala Garda Nasional Arab Saudi, menurut televisi jaringan kerajaan, Al Arabiya. Pangeran Miteb digantikan oleh Pangeran Khaled Ayyaf, berdasarkan dekrit Kerajaan.
Setelah penangkapan ini, Raja juga menggeser Menteri Ekonomi dan Perencanaan Adel Fakeih dengan Muhammad Al Tuwaijri, yang selama ini menjadi deputinya.
Fakta bahwa para pejabat tertinggi Saudi ini ditangkap oleh Komisi Anti Korupsi Saudi, yang dikepalai langsung oleh Putra Mahkota Muhammad bin Salman, memunculkan dugaan ada langkah politik memuluskan langkah Muhammad ke kursi raja.
Ayahnya, Raja Salman bin Abdulaziz yang kini berusia 81 tahun mendukung penuh langkah dari putra mahkotanya. "Hukum akan diterapkan bagi siapapun yang menyentuh uang rakyat, tidak melindunginya, bahkan menggelapkannya, dengan menggunakan kekuasaan atau pengaruhnya," kata Raja Salman.
Pengamat memperkirakan, penyingkiran para pejabat ini akan memperbesar ketidaksukaan banyak pihak terhadap Pangeran Muhammad bin Salman yang saat ini menjadi penasihat utama Raja Salman untuk liberalisasi ekonomi.
"Kita tidak bisa memproyeksikan kapan transisi kepemimpinan akan berlangsung, tapi perkembangan hari ini adalah sebuah rambu bahwa MBS bergerak menuju peran raja," kata Hani Sabra, founder Alef Advisory, pengamat politik di Timur Tengah.