kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.396.000   29.000   1,23%
  • USD/IDR 16.745   14,00   0,08%
  • IDX 8.372   -16,57   -0,20%
  • KOMPAS100 1.158   -4,75   -0,41%
  • LQ45 841   -5,56   -0,66%
  • ISSI 292   0,59   0,20%
  • IDX30 441   -4,86   -1,09%
  • IDXHIDIV20 507   -6,07   -1,18%
  • IDX80 130   -0,51   -0,39%
  • IDXV30 137   -1,14   -0,82%
  • IDXQ30 140   -1,36   -0,96%

Sebagian Besar Negara Berkembang Dinilai Mampu Bertahan dari Tekanan Tarif AS


Kamis, 13 November 2025 / 17:47 WIB
Sebagian Besar Negara Berkembang Dinilai Mampu Bertahan dari Tekanan Tarif AS
ILUSTRASI. FILE PHOTO: A 3D-printed miniature model depicting U.S. President Donald Trump depicting U.S. flag and word 'Tariffs' in this illustration created on April 17, 2025. REUTERS/Dado Ruvic/Illustration/File Photo


Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - Sebagian besar ekonomi besar di negara berkembang, termasuk China, Brasil, dan India, dinilai mampu menghadapi kebijakan tarif Amerika Serikat (AS) tanpa dampak yang terlalu berat.

Hal ini terungkap dalam laporan lembaga konsultan risiko Verisk Maplecroft, yang menimbulkan keraguan atas efektivitas alat tekanan dagang Presiden Donald Trump.

Baca Juga: Harga Kopi Asia Bergerak Beragam: Vietnam Melemah, Diskon Indonesia Menyempit

Verisk Maplecroft menganalisis ketahanan 20 pasar berkembang terbesar dengan mempertimbangkan sejumlah indikator, mulai dari tingkat utang hingga ketergantungan terhadap pendapatan ekspor, untuk menilai kemampuan negara-negara tersebut menghadapi volatilitas perdagangan dan perubahan cepat dalam aliansi geopolitik.

“Sebagian besar pusat manufaktur dunia saat ini berada dalam posisi yang lebih baik dari perkiraan untuk menghadapi badai tarif dari AS, bahkan jika kebijakan itu diterapkan penuh,” kata Reema Bhattacharya, Kepala Riset Asia sekaligus penulis laporan tersebut pada Kamis (13/11/2025).

Menurut laporan itu, Meksiko dan Vietnam termasuk negara yang paling terekspos terhadap ketergantungan perdagangan dengan AS.

Namun, berkat kebijakan ekonomi progresif, peningkatan infrastruktur, dan stabilitas politik, keduanya justru dinilai lebih tangguh dalam menghadapi tekanan eksternal.

Baca Juga: Ditopang Honor of Kings, Tencent Catat Pertumbuhan Laba 15% di Kuartal III

Sementara itu, Brasil dan Afrika Selatan disebut tengah memperkuat hubungan dagang dengan mitra non-tradisional untuk mengurangi ketergantungan terhadap ekonomi besar seperti AS dan China.

“Hampir semua pasar berkembang kini sadar bahwa bisnis dengan AS dan China tetap penting, tapi tidak bisa terlalu bergantung pada keduanya. Karena itu, dibutuhkan pasar ketiga,” ujar Bhattacharya, seraya menambahkan bahwa perdagangan antaranggota BRICS kini meningkat pesat.

Laporan tersebut tidak memasukkan Rusia dalam kajian. Namun Bhattacharya menekankan bahwa China, meski paling rentan terhadap ketegangan geopolitik dengan AS, tetap memiliki kekuatan besar karena basis ekspor yang terdiversifikasi dan modal manusia yang kuat.

“China sudah begitu mengakar dalam rantai pasok global sehingga hampir mustahil digantikan,” katanya.

Baca Juga: Harga Emas Tembus Tertinggi Tiga Pekan, Didorong Kekhawatiran Utang AS

Data terbaru menunjukkan ekspor China pada Oktober mengalami penurunan terdalam sejak Februari, tak lama setelah Trump kembali menjabat sebagai Presiden AS.

Selain itu, Bhattacharya menyoroti upaya China memperluas penggunaan renminbi dalam penyelesaian perdagangan internasional sebagai langkah strategis memperkuat ketahanan ekonomi dan diversifikasi risiko geopolitik.

Beberapa negara Amerika Latin seperti Brasil, Argentina, dan Chile telah menandatangani perjanjian penyelesaian perdagangan dalam mata uang lokal dengan bank sentral China.

Sementara itu, perusahaan milik negara dan investor China juga aktif mendanai proyek litium dan tembaga di Chile, Bolivia, dan Peru sebagai bagian dari perluasan pengaruh ekonomi Beijing.

Selanjutnya: Valas Asia Bergerak Positif, Didukung Sentimen Pemulihan Ekonomi China

Menarik Dibaca: Promo The Body Shop Diskon s/d 70% Segera Berakhir, Berlaku sampai 15 November 2025




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×