Penulis: Virdita Ratriani
KONTAN.CO.ID - Ledakan dahsyat terjadi pada Selasa (4/8) di Pelabuhan Beirut, Lebanon yang menewaskan sedikitnya 100 orang serta melukai 4.000 lainnya.
Mengutip Al Jazeera, para pejabat Lebanon mengatakan, mereka memperkirakan korban tewas akan meningkat ketika para pekerja darurat menggali puing-puing untuk menyelamatkan orang dan mengangkat yang mereka meninggal.
Penyebab ledakan tersebut belum diketahui jelas. Hanya, para pejabat Lebanon menghubungkan ledakan itu dengan sekitar 2.700 ton amonium nitrat yang disimpan di gudang di pelabuhan selama enam tahun.
Sebelum ledakan dahsyat tersebut, masyarakat Lebanon masih dalam cengkeraman krisis ekonomi yang kuat. Tambah lagi, ada pandemi virus corona baru.
Baca Juga: Palang Merah Lebanon: Korban tewas akibat ledakan Beirut mencapai 100 orang
Kondisi ekonomi tak terkendali
Melansiri The Guardian, 3 Agustus 2020, sejak Maret 2020, harga sebagian besar barang di Lebanon melonjak hampir tiga kali lipat. Sementara nilai mata uang turun 80% dan sebagian besar warganya harus kehilangan pekerjaan.
Korupsi di tubuh pemerintahan dan kesalahan dalam mengatur keuangan negara menjadi salah satu penyebab Lebanon berada di ambang kehancuran finansial.
Dalam laporan 17 Juli lalu BBC memberitakan krisis ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya di Lebanon telah mendorong puluhan ribu orang jatuh miskin. Sekaligus, memicu protes anti-pemerintah terbesar yang pernah terjadi di negara itu dalam lebih dari satu dekade.
Baca Juga: Ledakan Beirut, simpati dan dukungan mengalir dari negara-negara Arab
Apa yang salah dengan ekonomi Lebanon?
Utang publik terhadap produk domestik bruto (PDB) Lebanon adalah tertinggi ketiga di dunia. Pengangguran di Lebanon mencapai 25% dan hampir sepertiga penduduk hidup di bawah garis kemiskinan.