Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - KUALA LUMPUR. Malaysia dan China hampir mencapai kesepakatan baru terkait durian. Apa itu?
Melansir Malay Mail, menurut Konsul Jenderal Malaysia di Hong Kong Muzambli Markam, kesepakatan durian memungkinkan Malaysia untuk mengekspor durian segar ke China.
Kemarin, Markam mengatakan bahwa kedua pemerintah hanya memilah beberapa rincian namun tidak mengungkapkan kapan mereka akan menyelesaikan kesepakatan tersebut.
“Kami menantikan persetujuannya segera. Saya diberitahu bahwa negosiasi sedang dalam tahap akhir, dan mudah-mudahan kita bisa segera mendengar kabar baik. Anda tahu betapa rumitnya negosiasi semacam ini,” katanya.
Informasi saja, hanya 10% dari keseluruhan produksi durian di Malaysia saat ini yang diekspor dalam bentuk durian beku ke China, Hong Kong, dan Singapura.
Saat ini, Thailand merupakan eksportir durian terbesar ke China dan menguasai dua pertiga pasar Tiongkok.
“Pemilik kebun akan menyukai berita ini karena jika buah masih di pohon dan belum matang sepenuhnya, mereka dapat menebangnya [untuk dikirim],” kata pendiri eksportir Malaysia DKing Simon Chin.
Baca Juga: Indonesia Membidik Ekspor ke 12 Negara
Namun, pada tanggal 9 Desember tahun lalu, Wakil Menteri Pertanian dan Ketahanan Pangan Chan Foong Hin dilaporkan mengatakan kepada The Star bahwa untuk memastikan rasa dan kualitas yang optimal, Malaysia harus mengekspor hanya buah-buahan yang matang. Hal ini dapat menjadi tantangan, terutama dalam hal transportasi dan penjualan karena mereka akan memiliki umur simpan yang lebih pendek.
Wakil menteri mengatakan, Malaysia akan mulai mengekspor durian segar ke Tiongkok pada Mei tahun ini.
Kebijakan bebas visa
Mengutip South China Morning Post, hubungan China-Malaysia semakin kuat sejak hubungan diplomatik terjalin 50 tahun lalu.
China juga telah berinvestasi dalam proyek infrastruktur penting sejak tahun 2013, dan lebih dari seperlima dari 34 juta penduduk Malaysia adalah keturunan China.
Sebagai langkah lain menuju hubungan yang lebih erat, negara Asia Tenggara ini berharap dapat menarik lebih banyak wisatawan China tahun ini dibandingkan sebelum pandemi pada tahun 2019 setelah menangguhkan peraturan visa. Pada tahun itu, 3,1 juta warga negara China mengunjungi Malaysia.
Tiket masuk bebas visa selama 30 hari, yang diberikan kepada warga China sejak bulan Desember, menarik wisatawan karena makanannya, harga yang relatif rendah, dan ketersediaan penutur bahasa Mandarin di masyarakat, kata Markam.
Pada saat yang sama, China menawarkan warga Malaysia bebas visa selama 15 hari.
Namun skema bebas visa dua arah ini akan berakhir pada bulan Desember tahun ini, dan kedua belah pihak belum memutuskan apakah akan memperpanjangnya atau tidak, kata Markam.
Baca Juga: Berikut 5 Negara dengan Investasi Terbesar di Indonesia, Ada Singapura dan Malaysia
“Kita lihat saja nanti,” katanya. "Kedua belah pihak masih melakukan pembicaraan. Mungkin kita bisa memperpanjang pengaturan ini setelah tahun 2024, tapi ini masih dalam tahap awal."
Skema yang ada sekarang disebutnya cukup berhasil sejauh ini.
“Kemudahan arus antara masyarakat kedua negara hanya akan menambah industri pariwisata kita,” kata Markam. “Ini berdampak positif bagi kedua belah pihak.”