Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Pihak berwenang Shanghai memperketat penguncian atau lockdown Covid-19 di seluruh kota yang mereka terapkan lebih dari sebulan lalu.
Melansir Reuters, kota yang menjadi pusat komersial berpenduduk 25 juta itu menerapkan kebijakan baru dengan tujuan menekan jumlah kasus di luar daerah menjadi nol pada paruh kedua Mei.
Sumber Reuters mengatakan, pembatasan pergerakan umumnya akan tetap diberlakukan sepanjang bulan karena kekhawatiran melonjaknya kembali kasus Covid-19 meskipun jumlah kasus telah turun.
Pihak berwenang di beberapa distrik mengeluarkan pemberitahuan yang memerintahkan masyarakat untuk kembali ke kompleks perumahan mereka setelah membiarkan mereka keluar untuk berjalan-jalan singkat atau berbelanja cepat.
Dalam sebuah video yang dibagikan secara luas di media sosial Tiongkok, polisi berjas hazmat berdebat dengan penduduk yang diberitahu bahwa mereka perlu dikarantina setelah seorang tetangga dinyatakan positif.
Baca Juga: Ini Kata Kadin Soal China Kembali Berjibaku Melawan Covid-19
"Ini agar kami dapat menghapus kasus positif secara menyeluruh," kata salah satu petugas. “Berhentilah bertanya mengapa, tidak ada alasan. Kita harus mematuhi pedoman nasional.”
Reuters tidak dapat memverifikasi video tersebut secara independen. Pemerintah Shanghai tidak segera menanggapi permintaan komentar.
Isolasi yang berkepanjangan dan ketakutan dikirim ke pusat karantina, telah menyebabkan rasa frustrasi yang meluas di kalangan masyarakat, bahkan pertengkaran.
Video yang diposting online minggu lalu menunjukkan lusinan pekerja di pemasok Apple dan Tesla Quanta membanjiri penjaga keamanan berbaju hazmat dan melompati gerbang pabrik untuk melarikan diri agar tidak terjebak di dalam di tengah rumor Covid-19.
Baca Juga: Tak Mau Bernasib Seperti Shanghai, Beijing Mulai Putaran Baru Tes Covid-19 Massal
Beijing 'ajaib'
Pembatasan ketat terhadap Covid-19 di Beijing, Shanghai, dan puluhan kota besar lainnya di seluruh China menyebabkan korban psikologis pada masyarakat China. Hal tersebut turut membebani ekonomi terbesar kedua di dunia dan mengganggu rantai pasokan global dan perdagangan internasional.
Langkah-langkah tersebut sangat kontras dengan sebagian besar dunia, yang saat ini tengah melonggarkan atau menghapus pembatasan Covid-19 untuk hidup dengan virus bahkan ketika infeksi menyebar.
Beijing telah menutup pusat kebugaran dan tempat hiburan, melarang layanan makan di restoran dan menutup sejumlah rute bus dan hampir 15% dari sistem kereta bawah tanahnya yang luas. Di sisi lain, banyak penduduk secara sukarela menghindari keluar.