Sumber: CNN | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Presiden China, Xi Jinping, tidak menghadiri secara langsung pelantikan Presiden terpilih Amerika Serikat (AS), Donald Trump. Namun, Beijing mengambil langkah tidak biasa dengan mengirimkan pejabat tinggi untuk menghadiri upacara tersebut di Washington.
Wakil Presiden China, Han Zheng, dijadwalkan hadir dalam pelantikan pada Senin setelah sebelumnya bertemu dengan Wakil Presiden AS terpilih, JD Vance, pada Minggu.
Langkah ini dianggap sebagai isyarat niat baik yang signifikan, meskipun berisiko, di tengah upaya Beijing untuk menghindari ketegangan lebih lanjut dengan pemerintahan Trump.
Baca Juga: Bukan Xi Jinping, China Kirim Wakil Presiden Han Zheng ke Acara Pelantikan Trump
Meski Han merupakan pejabat tertinggi China yang menghadiri pelantikan, posisinya sebagai wakil presiden bersifat simbolis dalam struktur politik Tiongkok. Kekuasaan utama berada pada Komite Tetap Politbiro Partai Komunis, di mana Han telah pensiun sejak 2022.
Namun, kehadiran Han, yang sebelumnya mewakili Xi di acara internasional seperti penobatan Raja Charles III, mencerminkan keinginan Beijing untuk memperbaiki hubungan dengan AS.
Selama kunjungannya, Han bertemu dengan komunitas bisnis Amerika, termasuk CEO Tesla, Elon Musk. Menurut kantor berita Xinhua, Han meminta perusahaan-perusahaan AS, termasuk Tesla, untuk memperkuat hubungan dagang kedua negara.
Tesla sendiri memiliki pabrik besar di Shanghai. Meski begitu, Musk belum mengonfirmasi pertemuan tersebut.
Baca Juga: Komoditas Global Tertekan Permintaan China dan Proteksi Trump
Kunjungan Han dilakukan setelah panggilan telepon antara Xi dan Trump pada Jumat, di mana Xi mengucapkan selamat atas terpilihnya kembali Trump dan menyatakan harapan untuk memulai hubungan baru.
Trump juga mengonfirmasi percakapan tersebut melalui media sosialnya, menyebutkan bahwa mereka membahas perdagangan, fentanil, dan aplikasi TikTok milik Tiongkok.
Upaya Perbaiki Hubungan
Kehadiran Han di Washington juga melibatkan pertemuan dengan JD Vance untuk membahas isu-isu seperti perdagangan, stabilitas regional, dan fentanyl.
Han menyatakan bahwa China bersedia bekerja sama dengan AS untuk mempromosikan hubungan yang stabil dan berkelanjutan, meskipun mengakui adanya perbedaan dan gesekan dalam hubungan kedua negara.
Kehadiran Han dalam pelantikan ini mengirimkan pesan bahwa China serius menanggapi undangan Trump, meskipun langkah tersebut memiliki risiko. Selama kampanye, Trump mengancam akan memberlakukan tarif tinggi pada barang-barang China, sebuah kebijakan yang dapat menciptakan ketegangan baru.
Baca Juga: Dampak Potensial Perang Dagang Baru antara Amerika Serikat dan China Era Donald Trump
Hubungan AS-China telah memanas dalam beberapa tahun terakhir, dipengaruhi oleh isu-isu seperti agresi China di Laut Cina Selatan, kebijakan Taiwan, dan pembatasan teknologi tinggi AS ke Tiongkok.
Meski demikian, Beijing memandang stabilisasi hubungan dengan AS sebagai prioritas untuk mendukung pemulihan ekonominya.
Menurut pengamat, pemerintahan Trump yang baru memberikan peluang untuk mereset hubungan. Trump diharapkan lebih fokus pada persaingan ekonomi daripada ancaman geopolitik, berbeda dengan pendekatan pemerintahan Biden sebelumnya.
Selain itu, hubungan pribadi Trump dengan Xi, yang kerap disebutnya sebagai pemimpin kuat dan cerdas, memberikan harapan bagi Beijing untuk menguji dinamika hubungan baru ini.