Sumber: Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
SINGAPURA. Bank sentral Singapura secara tidak terduga menahan diri dalam melonggarkan kebijakan moneternya, meskipun perekonomian Negeri Merlion tersebut terkontraksi pada kuartal lalu.
Berdasarkan data yang dirilis Kementrian Perdagangan Singapura, hari ini (12/10), Produk Domestik Bruto Singapura turun 1,5% dalam tiga bulan pertama hingga September dibanding kuartal sebelumnya. Sementara, 16 ekonom yang disurvei Bloomberg meramal kontraksi sebesar 1,6%.
Bank sentral yang biasa menggunakan mata uang untuk menjaga inflasi menegaskan, pihaknya akan tetap menahan apresiasi bertahap atas dollar.
Singapura bergabung dengan negara-negara Asia lainnya dari China hingga India untuk membatasi kebijakan stimulus dengan alasan menjaga inflasi meskipun kebijakan penghematan di kawasan Eropa turut memukul perekonomian dunia, tak terkecuali Singapura.
"Penentu kebijakan saat ini tengah berada di persimpangan, di mana tingkat inflasi mulai naik, sementara di sisi lain, ada risiko penurunan dari perekonomian eksternal," jelas Vishnu Varathan, ekonom Mizuho Corporate Bank Ltd.
Pasca pengumuman ini, dollar Singapura menguat 0,4% menjadi S$ 1,2217 per dollar pada pukul 08.37 waktu Singapura. Sepanjang tahun ini, dollar Singapura sudah melonjak sekitar 6%. Ini menjadikan dollar Singapura sebagai salah satu mata uang dengan performa terbaik dari 11 mata uang di Asia.