Reporter: Dyah Megasari, Bloomberg |
WASHINGTON. Investor sekaligus miliarder kelas dunia yaitu George Soros meramal Yunani tak mungkin bisa terhindar dari default surat utang. Oleh sebab itu, Uni Eropa sebagai otoritas tertinggi di kawasan itu wajib mempersiapkan pasar agar tidak terguncang hebat atas peristiwa ini.
"Yunani perlu melakukan segala hal agar terhindar dari default. Tapi, tidak mungkin semua hal tersebut bisa dilakukan," ujar Soros dalam panel hari ini di pertemuan Dana Moneter Internasional (IMF) dan bank Dunia.
Sudut pandang ini dinilai sangat penting untuk meyakinkan prospek pasar ke depan mengenai kemungkinan default Yunani. "Yang terpenting, peraturan harus dibuat untuk melindungi industri perbankan," saran Soros. Hal ini wajib menjadi pertimbangan karena sebagian besar surat utang negara dimiliki oleh industri perbankan.
Setelah dua transaksi bailout internasional, tiga tahun resesi dan melakukan voting dalam pemangkasan anggaran negara, Yunani berada di tepi jurang kebangkrutan. Konsekuensi atas default ini adalah kegagalan sistem perbankan di negara itu, kontraksi ekonomi yang lebih dalam dan akhirnya meruntuhkan sistem pemerintahan.
Soros yang saat ini berusia 81 tahun dan dikenal pernah bersengketa dengan Bank of England (BOE) menganjurkan, Eropa perlu memaksimalkan kekuatan dana senilai 440 miliar euro atau setara dengan US$ 594 miliar sebagai European Financial Stability Facility (EFES). Pembuat kebijakan tengah mempertimbangkan beberapa pilihan termasuk beroperasi seperti sebuah bank.
Opsi lain yang ditawarkan adalah memberikan jaminan atas pinjaman European Central Bank (ECB) pada investor yang membeli obligasi di negara yang tertekan utang dan menutupi kerugian EFES di awal. "Ada beberapa pilihan dan Saya sangat senang karena banyak opsi yang dikaji. Harus ada keputusan yang perlu dilakukan," tegas Soros.