Sumber: AP, msnbc | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
SUNNYVALE. Produsen flash memory asal Amerika Serikat, Spansion Inc, pada Senin (23/2) malam kemarin mengumumkan rencananya untuk memangkas sekitar 35% armada kerjanya secara global. Angka itu setara dengan 3.000 karyawan Spansion. Kabarnya, mayoritas pekerja yang akan dirumahkan berasal dari pekerja pabrik.
Langkah ini terpaksa diambil Spansion untuk mengurangi biaya operasionalnya yang kian membengkak di tengah resesi global. Apalagi, saat ini tingkat penjualan belum menunjukkan angka yang menggembirakan.
“Resesi global memaksa kami untuk mengambil keputusan sulit. Hal ini kami lakukan untuk mengurangi biaya pengeluaran sehingga bisa mempertahankan kinerja perusahaan ke depannya,” ujar John Kispert, Presiden sekaligus CEO Spansion.
Dengan adanya pemangkasan pekerja ini, Spansion menargetkan bisa menghemat sekitar US$ 25 juta selama paruh pertama 2009. Namun secara keseluruhan, kebijakan tersebut dapat menghemat pengeluaran perusahaan senilai US4 225 juta.
Sekadar tambahan informasi, Spansion merupakan usaha patungan Advanced Micro Devices Inc dan Fujitsu Ltd yang didirikan pada tahun 1993 silam. Produk-produk flash memory Spansion sudah terintegrasi ke dalam beragam perangkat seperti ponsel, TV dan alat-alat digital lainnya.
Pada Januari lalu, Spansion memang sudah mengatakan akan melakukan restrukturisasi neraca perusahaan dan berencana melakukan penjualan saham atau merger. Sebelumnya, pada awal bulan ini, unit Spansion di Jepang mengajukan proteksi kebangkrutan. Selain itu, Senin kemarin, ChioMOS yang berbasis di Taiwan membatalkan kontrak kerjasamanya dengan Spansion LLC karena kegagalan perusahaan membayar utang (default) senilai US$ 29 juta.
Masalah Spansion tidak hanya sampai disitu saja. Dalam tiga tahun belakangan, saham Spansion terus mengalami penurunan. Yang mengenaskan, harga saham perusahaan memory chip ini ditutup pada harga 5 sen saja.
Sementara itu, berita yang sama juga datang dari produsen chip Micron Technology. Micron mengumumkan akan merumahkan sekitar 2.000 pekerjanya pada akhir Agustus dan menutup operasi pabriknya di Boise, Idaho. Turunnya permintaan memory chip di tengah resesi saat ini menjadi salah satu alasannya.













