kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Sst! Semua adalah konspirasi


Rabu, 19 Maret 2014 / 01:00 WIB
Sst! Semua adalah konspirasi
ILUSTRASI. Digital Lounge CIMB Niaga Hadir di AEON Mall Tanjung Barat Nasabah mengganti Kartu ATM/Debit di Digital Lounge CIMB Niaga ke-38 di AEON Mall Tanjung Barat, Jakarta, Senin (3/1/2022).


Sumber: Bloomberg | Editor: Djumyati P.

Misteri hilangnya pesawat Malaysia Airlines dengan nomor penerbangan MH 370 masih saja menyelimuti kita semua. Banyak orang dari berbagai belahan dunia mengemukakan teorinya sendiri-sendiri. Berikut ini adalah tulisan dari Cass R. Sunstein, mantan administrator bagian informasi dan regulasi di Gedung Putih. Sunstein juga adalah Profesor Universitas Robert Walmley dan Harvard Law School.  

Mungkin Korea Utara yang membajak pesawat. Mungkin China yang bertangungjawab. Bisa jadi alien yang melakukannya.

 Atau bisa juga, demi berebut pengaruh di Iran, Amerika yang menculik pesawat hilang ini untuk usahanya menyabotase hubungan Iran dan China serta Asia Tenggara.

Pilih topik Anda: Ukraina, the National Security Agency, pembunuhan kepala negara, krisis ekonomi yang terjadi sekarang, penulisan drama Shakespeare. Ini adalah permainan anak-anak untuk menyusun berbagai petunjuk dan menghubungkan banyak titik-titik untuk bisa mendukung sebuah cerita konspirasi.

Tahun-tahun ini misalnya, banyak orang Amerika percaya bahwa sebenarnya Amerika (atau Israel)  sebenarnya bertanggungjawab dalam penyerangan 11 September dan pemerintah Amerika meramu HIV/AIDS, serta agen federal bersekongkol untuk menyembunyikan adanya hubungan vaksin dengan autis. Kenapa orang-orang bisa menerima teori-teori semacam itu?

Penjelasan pertama adalah kecenderungan dan kebiasaan. Beberapa dari kita menjadi orang yang berkonspirasi karena mempunyai kecenderungan untuk menerima teori-teori tersebut. Tidak aneh kalau orang-orang ini adalah pribadi yang tak berdaya. Mereka malah bisa jadi mempunyai kecenderungan untuk mengonspirasi dirinya sendiri.

Ada cara memprediksi yang hebat untuk melihat apakah orang akan menerima teori konspirasi tertentu: Apakah mereka menerima teori konspirasi lain? Jika Anda cenderung berpikir bahwa pendaratan Apollo di bulan dipalsukan, Anda akan lebih cenderung percaya Amerika Serikat ada di belakang serangan 9/11.

Hebatnya, orang-orang yang menerima teori konspirasi yang satu cenderung menerima teori konspirasi yang lain yang secara logis jadi tidak konsisten. Misalnya orang yang percaya putri Diana memalsukan kematiannya sendiri lebih cenderung berpikir bahwa dia dibunuh. Orang yang percaya Osama bin Laden sudah mati ketika pasukan AS menyerbu tempatnya, lebih cenderung percaya bahwa ia masih hidup.

Hal kedua, adalah hubungan erat antara teori konspirasi dan jaringan sosial, terutama jaringan yang erat. Sedikit dari kita memiliki pengetahuan pribadi atau langsung tentang penyebab beberapa peristiwa yang mengerikan, misalnya pesawat hilang, serangan teroris, pembunuhan, wabah penyakit. Jika satu orang dalam jaringan menegaskan bahwa konspirasi ada di tempat kerjanya, orang lain dalam jaringan akan mempercayai konspirasi ini.

Setelah menyebar, banyak orang dalam jaringan mungkin menerima itu juga. Mereka percaya pada teori, keyakinan yang menyebar tidak mungkin bisa salah. Dan setelah hal itu terjadi, bias terhadap konfirmasi cenderung terjadi. Orang-orang pun memberikan bobot lebih besar untuk informasi yang mendukung pandangan mereka. Mereka juga membuat informasi yang saling bertentangan sebagai informasi tidak relevan atau bahkan sebagai bukti adanya konspirasi.

Penjelasan ketiga menekankan bagaimana manusia cenderung bereaksi terhadap peristiwa mengerikan. Peristiwa tersebut menghasilkan kemarahan, kecurigaan, dan ketakutan. Kadang-kadang pelaku jelas, seperti dalam kasus banyak serangan teroris. Tetapi jika ada pelaku tidak jelas, seperti pesawat yang hilang, cacat pada anak-anak, atau wabah penyakit, orang mungkin mencari-cari siapa di balik kejahatan semua itu.

Memang beberapa teori konspirasi terbukti benar. Pejabat Partai Republik, beroperasi atas perintah Gedung Putih, menyadap kamar hotel Watergate yang digunakan oleh Komite Nasional Partai Demokrat. Pada 1950-an, Central Intelligence Agency mengelola LSD dan obat-obatan lainnya dalam upaya untuk menyelidiki kemungkinan melakukan kontrol pikiran orang. Di tahun 1947, alien mendarat  di Roswell New Mexico dan pemerintah tertutup itu semua.

Memang kalaupun teori konspirasi salah, kebanyakan teori ini tidak berbahaya. Seperti teori yang populer di kalangan anak-anak kita, bahwa sekelompok rahasia elf, bekerja di sebuah lokasi yang terpencil di bawah kepemimpinan Santa Claus yang misterius, membuat dan mendistribusikan hadiah pada malam Natal. Dan dalam masyarakat yang bebas, teori konspirasi harus diizinkan bahkan jika mereka palsu dan berbahaya. Tapi kadang-kadang teori konspirasi menciptakan bahaya nyata.

Jika orang berpikir bahwa para ilmuwan telah bersekongkol untuk menutupi bahaya vaksin, mereka akan cenderung untuk tidak memvaksin anak-anaknya. Ini tentu saja akan menjadi masalah.

Sayangnya, kepercayaan terhadap teori konspirasi yang salah juga secara susah untuk dikoreksi. Penelitian terbaru menunjukkan dalam konteks autisme-vaksinasi, kesehatan masyarakat tidak bisa berbuat apa-apa bahkan ketika mereka memaparkan fakta untuk meluruskan masalah.

Upaya untuk membangun kebenaran mungkin bahkan dapat merugikan diri sendiri.  Pada titik tertentu upaya ini malah bisa meningkatkan kecurigaan orang-orang adanya upaya untuk memperbaiki kesalahan yang sudah dilakukan.

Upaya semacam itu akan jauh lebih berhasil jika mereka mulai dengan menegaskan dukungan bukannya menyerang nilai-nilai dasar dan komitmen dari orang-orang yang cenderung untuk menerima teori konspirasi.

Ilustrasi: ShutterStock



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×