Sumber: Bloomberg | Editor: Dessy Rosalina
CHICAGO. Banyak jalan menuju Roma. Itu sebabnya Starbucks tak kekurangan akal mencari cara menggenjot kinerja. Kali ini, Starbucks memutuskan menjual produk alkohol demi mengerek angka penjualan.
Troy Alstead, Chief Operating Officer Starbucks, menyatakan dalam waktu dekat ribuan jaringan kedai kopi Starbucks bakal menyajikan aneka hidangan malam. Hidangan malam ini termasuk anggur (wine) dan menu makan malam.
Starbucks telah melakukan ujicoba penjualan wine dan menu malam di sejumlah gerai. Percobaan pertama dilakukan pada Oktober 2010 di kedai Starbucks di Seattle, Amerika Serikat (AS).
Pada Januari 2012, Starbucks mulai menambah jumlah kedai kopi yang menjual wine. Saat ini, total ada 40 titik Starbucks yang menjual wine. Di antaranya, Chicago, Atlanta dan California Selatan. Contoh, kedai Starbucks Chicago menjual wine sejak pukul empat sore.
Selain wine, Starbucks Chicago juga menjual makaroni, ayam dan sejumlah menu makan malam lain. "Kami telah melakukan ujicoba dalam waktu lama. Menu wine dan makan malam terbukti meningkatkan penjualan secara signifikan," ujar Alstead kepada Bloomberg, Kamis (20/3)
Namun, ada sebagian kecil kedai yang tidak sukses menjual menu wine dan makan malam. Alstead bilang, hanya kedai Starbucks yang berada di pusat kota yang membukukan kenaikan penjualan lewat wine dan menu malam.
Rajin diversifikasi
Sejatinya, Starbucks terus mendiversifikasi usaha. Selain kopi, Starbucks telah menjual aneka minuman dan makanan lain. Akhir tahun 2013, Starbucks membuka kedai teh Teavana pertama di Manhattan, New York, AS.
Teavana merupakan kedai teh hasil akuisisi Starbucks pada November 2012 lalu. Juragan kopi yang berbasis di Seattle ini merogoh kocek US$ 620 juta untuk mencaplok Teavana Inc.
Selama ini, Starbucks fokus menjual minuman non alkohol. Selain teh, Starbucks juga menjual aneka jus bermerek Evolution Fresh. Starbucks mengakuisisi Evolution Fresh senilai US$ 1,6 miliar pada tahun 2011.
Saat ini, jaringan Starbucks sebanyak 20.100 kedai yang tersebar di seluruh dunia. Separuh atau sekitar 11.500 kedai Starbucks terletak di AS.
Di kuartal empat tahun 2013, Starbucks mencetak pertumbuhan laba bersih sebesar 25%. Laba Starbucks naik lantaran biaya produksi kopi menyusut. Namun, pertumbuhan penjualan global hanya naik 5%.