CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.466.000   -11.000   -0,74%
  • USD/IDR 15.860   -72,00   -0,46%
  • IDX 7.215   -94,11   -1,29%
  • KOMPAS100 1.103   -14,64   -1,31%
  • LQ45 876   -10,76   -1,21%
  • ISSI 218   -3,03   -1,37%
  • IDX30 448   -5,87   -1,29%
  • IDXHIDIV20 540   -6,91   -1,26%
  • IDX80 126   -1,77   -1,38%
  • IDXV30 135   -1,94   -1,41%
  • IDXQ30 149   -1,85   -1,22%

Strategi Baru Pemerintah China


Senin, 11 Agustus 2008 / 11:30 WIB


Sumber: Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

SHANGHAI. Pemerintah China memiliki strategi baru untuk memajukan perekonomiannya. Rencananya, Negeri Panda tersebut bakal menggabungkan beberapa perusahaan milik pemerintah. Langkah tersebut diambil untuk menjadikan perusahaan milik negara menjadi lebih besar dan mampu bersaing dalam perekonomian dunia.

Menurut Komisi Administrasi dan Aset Pemerintah China, pihaknya akan mengurangi jumlah perusahaan milik negara yang saat ini berjumlah 149 perusahaan. Ketua komisi Li Rongrong, kemarin bilang, nantinya, hanya akan ada sekitar 80 sampai 100 perusahaan negara saja. “Dulu, kami membuka kebijakan ini secara sukarela. Tapi sekarang, pemerintah yang akan melaksanakan langsung keputusan ini,” jelasnya, kemarin.

Menurutnya, langkah tersebut diambil setelah dilakukannya evaluasi terhadap kinerja beberapa perusahaan negara. Dia bilang, beberapa perusahaan tidak memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pembangunan ekonomi China. “Oleh sebab itu, mereka harus masuk dan berkecimpung lebih jauh dalam persaingan pasar. Dan pelaksanaannya akan kami lakukan secepat mungkin setelah Olimpiade,” ungkapnya.

Pemerintah China memang tengah mendorong kinerja perusahaannya sehingga sektor industri memiliki daya saing lebih tinggi. Pasalnya, sejak Negeri Tirai Bambu itu ikut masuk menjadi anggota Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), perusahaan milik pemerintah China kalah bersaing dengan perusahaan asing lainnya. Memang, sebelumnya, China pernah mengutarakan niatannya itu untuk mengembangkan secara global sekitar 50 perusahaan negaranya yang bergerak di bidang industri pertahanan, energi, penerbangan dan perkapalan.

Meski demikian, China berjanji untuk tidak akan mengonsolidasikan lima perusahaan besar pembangkit listrik negara. Padahal, pada semester I lalu, kelima perusahaan tersebut mengalami kerugian karena kenaikan harga batubara dan tarif listrik. Saat ini, banyak perusahaan milik pemerintah yang membukukan kerugian untuk memastikan kestabilan harga setelah adanya badai salju musim dingin yang melanda kawasan China Selatan dan gempa bumi terhebat pada Mei lalu di baratdaya provinsi Sichuan.



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×