Sumber: Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
BEIJING. Surplus neraca perdagangan China mendaki ke rekor tertingginya pada November lalu. Data pemerintahan China menunjukkan, tingkat pengiriman ke luar negeri China naik 4,7% dibanding tahun sebelumnya. Sedangkan tingkat impor mencatatkan penurunan 6,7%.
Kondisi itu menyebabkan surplus neraca perdagangan China melonjak menjadi US$ 54,47 miliar.
Penurunan nilai impor dipicu oleh anjloknya harga minyak dunia dan harga komoditas lainnya. Penurunan harga minyak ke level terendah dalam lima tahun terakhir memberikan keuntungan atas China yang saat ini tengah menghadapi perlambatan pertumbuhan.
Kondisi itu juga diprediksi akan mengerek pertumbuhan ekonomi dan menekan tingkat inflasi. Jika inflasi rendah, bank sentral China masih memiliki ruang untuk kembali melakukan pelonggaran kebijakan setelah melakukan pemangkasan suku bunga acuan pada bulan lalu.
"Tingginya surplus neraca perdagangan akan tetap dialami China selama beberapa bulan ke depan seiring anjloknya harga minyak," jelas Lu Ting, Bank of America Corp's head of Greater China economics di Hong Kong.
Asal tahu saja, China mengimpor sekitar US$ 16,42 miliar minyak mentah pada November lalu. Nilai itu turun dari periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai US$ 18,43 miliar.
"Penurunan harga minyak akan mendorong investor untuk menunggu hingga harga minyak semakin murah dan menunda pembelian. Hal itu juga yang mempengaruhi data impor," papar Larry Hu, head of China economics Macquarie Securities Ltd di Hong Kong.