kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Tablet dan smartphone mengakhiri masa Nintendo


Senin, 09 September 2013 / 11:18 WIB
Tablet dan smartphone mengakhiri masa Nintendo
ILUSTRASI. Aplikasi BRImo


Reporter: Dessy Rosalina | Editor: Dessy Rosalina

Teknologi kian berubah secepat kilat. Evolusi teknologi yang kian cepat ini kerap memakan korban. Salah satu bukti, masa keemasan produk menjadi semakin singkat. Lihat saja evolusi di teknologi komputer. Popularitas netbook lenyap dalam sekejap. Bahkan, di awal tahun 2013, dua raksasa perakit netbook, yakni Acer dan Asus, bertekad bulat memberhentikan produksi netbook.

Lembaga survei IHS iSuppli meramal, komputer jinjing nan-mungil tersebut bakal punah pada tahun 2015 mendatang. Kehadiran tablet dan smartphone menjadi biang keladi tewasnya netbook. Nah, kini giliran Nintendo yang bakal menjadi korban. Masa depan gim konsol asal Jepang ini diprediksi bakal buram. "Nintendo berada di posisi yang sangat sulit. Nintendo tidak lagi relevan," ujar Nolan Bushnell.

Prediksi Bushnell sontak menjadi perhatian. Pasalnya, Bushnell menyandang julukan bapak video game. Dia adalah pendiri gim Atari, konsol yang sangat populer di era tahun 1993. Namun, nasib Atari berubah menjadi tragis, lantaran tiga tahun kemudian gulung tikar alias tidak lagi diproduksi.

Menurut Bushnell, saat ini nasib Nintendo mirip nasib Atari yang berada di ujung masa keemasan. "Bila Anda memiliki iPod atau tablet Android, Nintendo menjadi kompetitor yang tidak masuk akal," ujar dia, mengutip BBC. Bushnell bilang, salah satu kelemahan Nintendo adalah segmen pasar yang dibidik. Saat ini Nintendo fokus menyasar konsumen di usia 12 tahun ke bawah. Sementara, kompetitor lain, yakni Xbox dan PlayStation lebih menyasar konsumen dewasa.

Menurut Bushnell, di era gim konsol modern, masalah kualitas virtual selalu menjadi isu utama. " Jika bisa benar-benar menyuguhkan gambar virtual yang mirip realitas, Nintendo akan bisa bertahan. Saat ini konsumen mencari kualitas virtual gim yang mendekati realita," jelas Bushnell.

Sejatinya, nasib buruk Nintendo muncul ke permukaan lantaran kinerja yang terus melamban. Tengok saja penjualan Wii U, yang dirilis November 2012. Hingga akhir Juni 2013, Wii U baru menjual 3,61 juta unit. Angka ini masih jauh di bawah target 9 juta unit di akhir Maret 2014. 

Penjualan yang lesu juga memaksa Nintendo Co menurunkan harga jual Wii U. Akhir Agustus kemarin, Nintendo memangkas harga jual gim konsol Wii U sebesar US$ 50 menjadi US$ 299,99 per unit. Nintendo memainkan jurus menggunting harga jual dalam menghadapi serangan produk-produk baru Xbox dan PlayStation. Sebagai gambaran, dengan harga sebesar US$ 299,99 per unit, harga Wii U lebih rendah sekitar US$ 100 dibandingkan PlayStation 4 yang akan meluncur November 2013 mendatang.

Harga Wii U juga lebih rendah US$ 200 dibandingkan Xbox One. Tapi, Microsoft belum mau buka-bukaan soal tanggal rilis konsol gim Xbox One. Dus, di akhir Juni kemarin, Nintendo masih mampu membukukan laba bersih ¥ 8,6 miliar.
Prestasi ini jauh lebih baik dibandingkan rugi bersih ¥ 17,2 miliar di periode yang sama tahun lalu.

Namun, penolong kinerja Nintendo bukanlah angka penjualan. Melainkan pelemahan nilai tukar Yen terhadap dollar Amerika Serikat (AS). Produsen gim semisal Donkey Kong dan Super Mario ini juga terlihat pesimistis. Target laba bersih di akhir Maret 2014 hanya ¥ 55 miliar, tidak berbeda dengan pencapaian di tahun lalu.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×