Sumber: Reuters | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - TAIPEI. Taiwan pada Sabtu (5/2) mengutuk, dengan menyebut jijik dan hina, kemitraan tanpa batas China dan Rusia menjelang pembukaan Olimpiade Musim Dingin Beijing. Taipe mengatakan, Pemerintah China telah mempermalukan semangat Olimpiade.
China dan Rusia, dalam pertemuan Presiden Valdimir Putin dan Xi Jinping, beberapa jam sebelum Olimpiade Musim Dingin secara resmi dibuka, saling mendukung atas kebuntuan di Taiwan dengan janji untuk berkolaborasi lebih banyak melawan Barat.
Rusia menyuarakan dukungannya terhadap sikap China bahwa Taiwan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari China, dan menentang segala bentuk kemerdekaan atas pulau itu.
Mengutip Reuters, Kementerian Luar Negeri Taiwan menyatakan, klaim palsu China yang terus berlanjut bahwa Taiwan adalah bagian dari Republik Rakyat China persis sama dengan kebiasaan negara itu menyebarkan berita palsu.
"Ini tidak hanya meningkatkan rasa jijik dan kebencian rakyat Taiwan terhadap arogansi dan intimidasi Pemerintah China, tetapi juga dengan jelas menunjukkan kepada semua negara di dunia wajah jahat dari agresi, ekspansionisme, dan perusakan perdamaian rezim Komunis China," ungkap Kementerian Luar Negeri Taiwan.
Baca Juga: Rusia: Taiwan Bagian Tak Terpisahkan dari China, Menentang Segala Bentuk Kemerdekaan
Pada saat mata dunia terfokus pada Olimpiade Musim Dingin dan menyemangati para atlet mereka, Pemerintah China telah menggunakan KTT Rusia untuk terlibat dalam perluasan otoritarianisme, Kementerian Luar Negeri Taiwan mengungkapkan.
"Ini adalah penghinaan terhadap semangat damai yang diwujudkan oleh Cincin Olimpiade, dan akan ditolak oleh rakyat Taiwan dan dihina oleh negara-negara demokratis," sebut Kementerian Luar Negeri Taiwan.
Amerika Serikat (AS) juga mengkritik pertemuan itu, dengan mengatakan, Presiden China Xi Jinping seharusnya menggunakan pertemuan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk mendorong penurunan ketegangan di Ukraina.
Olimpiade, di mana Taiwan mengirim tim kecil yang terdiri dari empat atlet untuk bersaing, terjadi pada saat ketegangan yang meningkat antara Taipei dan Beijing, dengan China secara teratur mengirim kapal perang dan pesawat tempur ke dekat pulau itu.
Sementara Rusia adalah teman dekat China. Baik Rusia maupun Taiwan memiliki kedutaan kecil de facto di ibu kota masing-masing.
Mantan Presiden Taiwan Chiang Ching-kuo, yang memulai reformasi demokrasi tentatif, bisa berbahasa Rusia dan menikah dengan seorang wanita Rusia yang dia temui saat bekerja di negeri beruang Merah pada 1930-an.