Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - GANZHOU, China. Keputusan Wellascent Electronic, produsen kawat tembaga pipih asal China, untuk membangun pabrik di Texas pada awal tahun lalu terbukti menjadi langkah strategis menghadapi risiko geopolitik.
Kini, investasi itu mulai membuahkan hasil karena tarif impor AS justru mendorong permintaan produk yang diproduksi secara lokal.
Pabrik Wellascent di Grand Prairie, Texas, akan mulai berproduksi akhir tahun ini dengan target kapasitas 3.000 metrik ton kawat tembaga pipih per tahun pada 2028.
Baca Juga: Freeport Tawarkan 100.000 Ton Konsentrat Tembaga ke Pasar Spot, Ada Apa?
Salah satu klien utamanya adalah produsen mobil Stellantis, yang kini dapat memperoleh pasokan dari balik “tembok tarif” Presiden AS Donald Trump.
Langkah ini melindungi pelanggan di AS dari beban tarif impor sebesar 50% yang dikenakan pada produk kawat tembaga dan produk setengah jadi lain seperti pipa. Adapun tembaga murni, sebagai bahan baku utama, tetap bebas dari tarif.
“Sejumlah calon klien di AS sempat ragu membeli produk kami karena khawatir ketegangan dagang AS–China membuat pasokan tidak stabil,” kata Hazel Zhu, anggota dewan Wellascent, kepada Reuters saat meninjau pabrik di Ganzhou, pertengahan Agustus.
“Namun keberadaan pabrik di AS justru menjadikan tarif tembaga ini sebagai peluang emas bagi kami,” tambahnya.
Wellascent berencana menginvestasikan US$100 juta dalam tiga tahun untuk pabrik di Texas, yang diharapkan bisa menyumbang lebih dari separuh pendapatan luar negeri perusahaan dalam kurun waktu yang sama.
Baca Juga: Harga Tembaga Melemah ke Level Terendah Dua Pekan, Pasar Tunggu Sinyal Powell
Fenomena ini menjadi contoh langka di mana perusahaan China justru diuntungkan dari tarif AS yang sejatinya ditujukan untuk membendung dominasi industri China.
Meski demikian, langkah Wellascent juga memperlihatkan dilema Washington: di satu sisi, investasi membawa industri ke tanah AS, tapi di sisi lain menimbulkan perdebatan soal apakah perusahaan China perlu disambut.
Isu serupa muncul di sektor lain. Sebuah pabrik baterai listrik milik Ford sempat terancam kehilangan insentif pajak karena menggunakan teknologi dari raksasa baterai China, CATL.
Sementara di industri surya, produsen lokal AS mengkhawatirkan kompetisi dari perusahaan China yang membangun pabrik domestik dengan dukungan rantai pasok bersubsidi dari negeri asalnya.
Investasi manufaktur China di AS sendiri mulai menyusut sejak masa jabatan pertama Trump dan kini hampir terhenti.
“Siapa pun yang berpotensi menjadi target pemerintah AS atau China praktis menahan diri untuk tidak berinvestasi,” kata Cameron Johnson, mitra senior di konsultan Tidalwave Solutions.
“Wellascent bisa dibilang beruntung.”
Baca Juga: Amman Mineral dan Freeport Indonesia Bicara Soal Ekspor Tembaga ke AS Usai Tarif 0%
Data AS menunjukkan, stok bersih investasi langsung China di AS menyusut US$8,1 miliar sepanjang 2019–2023.
Meski begitu, Wellascent mengaku tidak menghadapi kendala regulasi berarti baik dari otoritas China maupun AS untuk proyek di Texas.
Namun perjalanan tak selalu mulus. Pada April lalu, pabrik itu hampir batal terwujud akibat tarif sementara 145% terhadap pengiriman peralatan ke AS.
Menurut Zhu, gencatan dagang yang tercapai pada Mei membantu perusahaan menghindari lonjakan biaya hingga 60% dan memungkinkan peralatan tetap tiba di lokasi pabrik.
“Tarif mendadak 145% itu membuat kami benar-benar terpukul, sampai berada di persimpangan apakah akan melanjutkan investasi ini. Untungnya, tarif tambahan akhirnya dicabut sehingga kami bisa melanjutkan pengiriman peralatan berikutnya,” jelas Zhu.
Baca Juga: Harga Tembaga Menguat di Tengah Harapan Pemangkasan Suku Bunga AS
Bulan ini, kedua negara memperpanjang gencatan dagang selama 90 hari guna memberi ruang bagi negosiasi. Trump menyebut kesepakatan baru “tidak jauh lagi”.
Jika benar terwujud, kisah Wellascent bisa menjadi studi kasus bagi perusahaan China lain yang mempertimbangkan investasi di AS.
“Contoh mereka memang tidak biasa, tapi bila hubungan membaik, mungkin kita akan melihat lebih banyak kasus serupa,” ujar Johnson.