kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,20   -16,32   -1.74%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tegas batasi penyebaran virus corona di Prancis, popularitas Macron melonjak


Sabtu, 21 Maret 2020 / 06:49 WIB
Tegas batasi penyebaran virus corona di Prancis, popularitas Macron melonjak
ILUSTRASI. Presiden Prancis Emmanuel Macron


Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - PARIS. Peringkat popularitas Presiden Prancis Emmanuel Macron melonjak ke level tertinggi lebih dari dua tahun. Berdasarkan sebuah jajak pendapat yang dipublikasikan pada Jumat (20/3), menunjukkan penanganan Macron terhadap krisis virus corona sedang diberikan kepercayaan besar.

Sekitar 51% orang Prancis "memiliki kepercayaan" pada Macron, menurut jajak pendapat Harris Interactive untuk televisi LCI. Posisi ini naik 13 poin dibandingkan bulan sebelumnya dan tertinggi sejak Januari 2018.

"Jarang sekali perubahan seperti itu diamati," kata kepala jajak pendapat politik Jean-Daniel Levy dalam catatan yang dilampirkan pada jajak pendapat. "Terakhir kali seorang kepala negara mendapat manfaat dari peningkatan yang ditandai itu selama serangan Januari 2015."

Baca Juga: WHO: Ada 10 negara terlibat dalam uji klinis 4 obat virus corona

Jajak pendapat itu diambil setelah Macron awal pekan ini memerintahkan pembatasan ketat pada pergerakan orang untuk memperlambat penyebaran virus corona, dalam pidato yang disiarkan televisi yang disaksikan oleh 35 juta orang, lebih dari setengah populasi Prancis.

Prancis telah menutup restoran dan bar, menutup sekolah dan melarang resor ski. Tetapi Macron mengatakan langkah-langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam masa damai diperlukan karena jumlah orang yang terinfeksi meningkat dua kali lipat setiap tiga hari dan kematian meningkat lebih tinggi.

Ini adalah pertama kalinya dalam dua tahun popularitas Macron telah melewati batas 50% dalam jajak pendapat ini, setelah jatuh serendah 31% pada Desember 2018, di tengah pemberontakan rompi kuning yang dipicu oleh reformasi pro-bisnis yang tidak populer dan kebijakannya. 




TERBARU

[X]
×