Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Federal Reserve mengeluarkan peringatan keras harga saham dan aset lainnya dapat mengalami penurunan signifikan jika pandemi virus corona semakin meluas. Fed memperkirakan, pasar real estate komersial menjadi salah satu industri yang paling terpukul.
The Fed dalam laporan stabilitas keuangan yang dirilis dua kali setahun seperti dikutip Bloomberg menyebutkan, potensi risiko sistem perbankan Amerika Serikat dan ekonomi secara luas. Dokumen tersebut menyoroti perlombaan bank sentral untuk intervensi pasar dan regulasi untuk memperbaiki perusahaan keuangan dalam menanggapi krisis Covid-19.
Baca Juga: Setelah 7 pekan lockdown di Amerika, Fed punya peringatan yang lebih suram
"Harga aset rentan turun signifikan karena efek pandemi yang tidak terduga dan kejatuhan ekonomi bisa lebih buruk," tulis The Fed dalam laporan tersebut. Fed juga menulis, real estate komersial akan menjadi sektor paling rentan terhadap penurunan penilaian karena harga yang relatif tinggi bahkan terlihat sebelum pandemi. Ini efek dari kejatuhan industri perhotelan dan ritel.
Tinjauan tersebut juga menemukan bahwa harga properti komersial dan lahan pertanian sangat rentan untuk jatuh. Sebab pendapatan cukup terganggu karena pandemi virus corona Covid 19.
Penutupan ekonomi global secara tiba-tiba memicu ketidakpastian di pasar keuangan. Perdagangan surat berharga berubah menjadi obligasi sampah (junk bond). Harga saham juga anjlok dalam. Tapi pasar tetap tenang karena The Fed membanjiri sistem keuangan dengan likuiditas.
Baca Juga: Prediksi Kurs Rupiah: Tertekan Gelombang Kedua Corona
Gubernur The Fed Jerome Powell dalam pidatonya minggu ini mengatakan, ekonomi masih menghadapi risiko yang belum pernah terjadi sebelumnya, maka pembuat kebijakan fiskal dan moneter tidak terus bertindak. "Dukungan fiskal tambahan memang mahal, tetapi ini sepadan jika untuk membantu dan menghindarkan pada kerusakan ekonomi jangka panjang. Sehingga membuat kami bisa pulih dan lebih kuat," kata Powell dalam sambutannya untuk acara virtual yang diselenggarakan oleh Peterson Institute for International Economics.