Sumber: Reuters | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - RIO DE JANEIRO. Pihak berwenang Brasil telah menemukan 163 pekerja asal China yang bekerja dalam "kondisi seperti perbudakan" di lokasi konstruksi pabrik milik produsen kendaraan listrik asal China, BYD, di negara bagian Bahia, Brasil.
Penemuan ini disampaikan oleh kantor jaksa penuntut tenaga kerja setempat dalam konferensi pers pada Senin lalu.
Pekerja Dipekerjakan dengan Cara Tidak Sah
Menurut pejabat setempat, para pekerja ini awalnya direkrut oleh perusahaan lain di China dan dibawa ke Brasil secara tidak sah.
Mereka dipaksa bekerja dalam jam kerja yang jauh melampaui batas yang ditetapkan oleh hukum Brasil, terkadang selama tujuh hari berturut-turut, dengan kondisi tempat tinggal yang disebutkan oleh pihak berwenang sangat memprihatinkan.
Baca Juga: AS Serang Balik! Biden Luncurkan Penyelidikan Perdagangan terhadap Chip asal China
Selain itu, para pekerja juga mengalami sejumlah pelanggaran hak tenaga kerja lainnya.
Menurut inspektur tenaga kerja Liane Durao, para pekerja harus meminta izin untuk meninggalkan tempat tinggal mereka, dan setidaknya 107 pekerja juga memiliki paspor mereka yang ditahan oleh majikan.
Durao juga menekankan bahwa kondisi di tempat kerja sangat berbahaya, dengan keselamatan kerja yang tidak terpenuhi sama sekali. "Kami menemukan bahwa pekerjaan dari 163 pekerja ini dilakukan dalam kondisi yang seperti perbudakan," ungkap Durao.
Di Brasil, "kondisi seperti perbudakan" tidak hanya mencakup kerja paksa, tetapi juga mencakup sistem utang yang memaksa pekerja untuk terus bekerja hingga utangnya lunas, kondisi kerja yang merendahkan martabat manusia, jam kerja yang berlebihan yang membahayakan kesehatan pekerja, serta pelanggaran lainnya yang merugikan kesejahteraan dan martabat pekerja.
Baca Juga: Honda dan Nissan akan Merger, Pertimbangkan untuk Memproduksi Kendaraan Bersama
Meskipun pihak berwenang Brasil belum mengungkapkan nama perusahaan yang terlibat dalam perekrutan pekerja ini, mereka telah mengonfirmasi bahwa operasi untuk mengungkap lebih lanjut kondisi pekerja masih berlangsung. Hingga saat ini, belum ada denda yang dijatuhkan, namun proses investigasi tetap berjalan.
Tanggapan BYD
BYD, perusahaan pembuat kendaraan listrik asal China yang memiliki pabrik tersebut, belum memberikan komentar terkait penemuan tersebut.
Namun, investigasi ini memperlihatkan betapa pentingnya penerapan regulasi ketenagakerjaan yang ketat, terutama untuk pekerja migran yang sering kali rentan terhadap eksploitasi.