kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.333.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Trump akan menjadi presiden AS ketiga yang dimakzulkan


Rabu, 18 Desember 2019 / 09:04 WIB
Trump akan menjadi presiden AS ketiga yang dimakzulkan
Presiden Donald Trump mendengarkan ketika berpartisipasi dalam 'meja bundar tentang usaha kecil dan pencapaian pengurangan pita merah' di Ruang Roosevelt di Gedung Putih di Washington, AS 6 Desember 2019.


Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  WASHINGTON. Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada pekan ini kemungkinan akan menjadi Presiden AS ketiga yang akan dimakzulkan ketika DPR AS yang dipimpin Partai Demokrat memberikan suara atas upaya Trump menekan Ukraina menyelidiki saingan politiknya Joe Biden.

Mengutip Reuters, Rabu (18/12), Trump menghadapi satu tuduhan menyalahgunakan kekuasaannya dengan meminta Ukraina menyelidiki Biden, penantangnya di Pemilihan Presiden AS pada 2020. Trump juga dituding menghalangi penyelidikan Kongres terhadap masalah tersebut.

Baca Juga: AS pungut tarif baru, perang dagang dengan Eropa kian membara?

Trump yang berasal dari Partai Republik telah membantah tuduhan itu. Trump dalam pembelaannya menuding Demokrat melakukan upaya yang tidak berdasar dan bermotivasi politik untuk menggulingkannya dari kekuasaan.

DPR AS kemungkinan akan melakukan pemakzulan terhadap Trump pada hari Rabu ini dan menetapkan waktu pemungutan suara pada hari Minggu ini.

Apakah Kongres akan menyetujui tuduhan dan mengirim masalah tersebut ke Senat yang dipimpin Partai Republik untuk mengadakan persidangan yang berdampak melucuti kekuasaan Trump sebagai Presiden AS atau tidak.

Partai Demokrat yang mayoritas di DPR AS diperkirakan akan memenangkan pemungutan suara. Sementara itu di Senat, Partai Republik menduduki 53 kursi dari 100 kursi. Dimana Partai Republik di atas kertas akan menang. Karena untuk memakzulkan Presiden AS dibutuhkan dua pertiga mayoritas dari mereka yang hadir.

Baca Juga: Johnson uses UK law to demand EU trade deal by end of 2020

Meski kalah suara di Senat, tapi Pemimpin Demokrat di Senat, Chuck Schumer pada hari minggu berupaya memperpanjang proses pemakzulan Trump dengan berupaya meminta kesaksian dari sejumlah pejabat Gedung PUtih.

Mulai dari penjabat Kepala Staf Gedung Putih Mick Mulvaney, mantan penasihat keamanan nasional John Bolton, pembantu Mulvaney Robert Blair dan pejabat anggaran Michael Duffey. Tujuannya adalah untuk membuka dosa-dosa Trump ke publik.

"Saya harap kita bisa mencapai kesepakatan tentang persidangan yang adil," kata Schumer kepada MSNBC dalam sebuah wawancara pada hari Senin.

Baca Juga: Amerika-China Sepakati Gencatan Perang Dagang

Demokrat House juga meminta kesaksian dari keempat pria itu dalam penyelidikan mereka, tetapi mereka tidak muncul.

Komite Kehakiman House memberikan suara pada hari Jumat 23-17 di sepanjang garis partai untuk menyetujui dua tuduhan terhadap Trump dan untuk mengirim masalah tersebut ke Senat. Pada hari Minggu malam, panel mengeluarkan laporan lengkap yang merinci kasusnya.

Dalam sebuah tweet pada hari Senin, juru bicara Gedung Putih Stephanie Grisham mengatakan komentar Schumer mencari keadilan tampak menggelikan setelah rilis laporan 658 halaman di tengah malam. Syukurlah orang-orang di negara ini terus melihat kepura-puraan partisan.

Baca Juga: Negosiator AS puji kesepakatan dagang, sementara China memilih berhati-hati

Seorang juru bicara McConnell tidak secara langsung menanggapi permintaan Schumer, tetapi mengatakan pemimpin mayoritas Senat berencana bertemu dengan Schumer untuk membahas kontur persidangan segera.




TERBARU

[X]
×