Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Minggu (10/8/2025) mendesak China untuk melipatgandakan empat kali lipat pembelian kedelai dari AS menjelang tenggat gencatan tarif antara kedua negara.
Pernyataan ini langsung mendorong harga kedelai di Bursa Chicago naik signifikan, meski para analis meragukan kelayakan rencana tersebut.
Seruan Trump dan Lonjakan Harga di Pasar Kedelai
Melalui unggahan larut malam di platform Truth Social, Trump menyatakan bahwa China khawatir akan kekurangan pasokan kedelai dan ia berharap Beijing segera meningkatkan pesanan dari AS.
“Layanan cepat akan disediakan. Terima kasih Presiden XI,” tulis Trump.
Baca Juga: Seruan Boikot Merek Amerika di India Menggema Imbas Tarif Tinggi Trump
Pasca unggahan tersebut, kontrak kedelai paling aktif di Chicago Board of Trade (CBOT) melonjak 2,38% menjadi US$10,11 per gantang pada Senin pagi pukul 06.37 GMT, setelah sebelumnya bergerak stabil.
Potensi dan Tantangan Quadrupling Impor
China, sebagai pembeli kedelai terbesar dunia, mengimpor sekitar 105 juta ton metrik pada tahun lalu. Sekitar seperempat pasokan berasal dari AS, sementara sebagian besar lainnya dari Brasil.
Untuk melipatgandakan impor dari AS, China harus mengalihkan sebagian besar kebutuhan kedelainya dari Brasil ke pemasok AS — langkah yang dianggap hampir mustahil oleh analis.
“Sangat kecil kemungkinan China akan membeli empat kali lipat volume kedelai biasanya dari AS,” kata Johnny Xiang, pendiri AgRadar Consulting yang berbasis di Beijing.
Tenggat Gencatan Tarif dan Faktor Politik
Gencatan tarif antara Washington dan Beijing dijadwalkan berakhir 12 Agustus 2025. Meski pemerintahan Trump memberi sinyal kemungkinan perpanjangan, belum jelas apakah kesepakatan pembelian kedelai dalam jumlah besar menjadi syarat perpanjangan tersebut. Trump diyakini ingin mengurangi surplus perdagangan China terhadap AS.
Di sisi lain, futures soymeal China turun 0,65% menjadi 3.068 yuan per ton metrik akibat ekspektasi peningkatan pasokan dari AS.
Catatan Perdagangan Kedelai AS–China
Pada kesepakatan dagang Phase One di masa jabatan pertama Trump, China berjanji meningkatkan pembelian produk pertanian AS, termasuk kedelai. Namun, target tersebut tidak pernah tercapai.
Baca Juga: Dipengaruhi Sentimen Tarif Trump, Begini Prospek Valas Asia
Tahun ini, di tengah memanasnya ketegangan dagang, China bahkan belum membeli kedelai AS untuk kuartal IV, memicu kekhawatiran menjelang musim ekspor panen AS.
Analis Trivium China, Even Rogers Pay, menyebutkan bahwa Beijing memberi sinyal siap mengabaikan kedelai AS sama sekali tahun ini, termasuk dengan memesan kargo uji coba soymeal dari Argentina.
Sebelumnya, Reuters melaporkan bahwa pabrik pakan ternak China telah membeli tiga kargo soymeal dari Argentina demi mendapatkan harga yang lebih murah dan mengantisipasi gangguan pasokan kedelai pada kuartal IV.
Ketergantungan Pasar dan Prospek ke Depan
Industri kedelai AS kini berupaya mencari pembeli alternatif, namun tidak ada pasar yang sebanding dengan skala permintaan China.
Tahun lalu, China mengimpor 22,13 juta ton kedelai dari AS dan 74,65 juta ton dari Brasil.