Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah merek ternama asal Amerika Serikat seperti McDonald’s, Coca-Cola, Amazon, dan Apple tengah menghadapi seruan boikot di India.
Gelombang sentimen anti-AS ini muncul setelah Presiden Donald Trump memberlakukan tarif 50% pada barang impor dari India, langkah yang mengejutkan eksportir dan memicu ketegangan diplomatik antara New Delhi dan Washington.
India, sebagai negara dengan populasi terbesar di dunia, merupakan pasar penting bagi merek-merek global. Pertumbuhan kelas menengah yang pesat menjadikan produk berlabel internasional simbol status sosial.
Misalnya, India adalah pasar terbesar berdasarkan jumlah pengguna untuk WhatsApp milik Meta, dan Domino’s Pizza memiliki lebih banyak gerai di India dibandingkan negara lain mana pun. Produk seperti Pepsi dan Coca-Cola mendominasi rak toko, sementara pembukaan gerai Apple atau promo di Starbucks kerap disambut antrean panjang.
Baca Juga: India Klaim Telah Tembak Jatuh Lima Jet Tempur Pakistan pada Mei 2025
Ajakan Dukung Produk Lokal
Walaupun belum ada indikasi langsung penurunan penjualan, seruan untuk “buy local” (beli produk lokal) dan meninggalkan merek Amerika semakin nyaring di media sosial maupun kegiatan offline.
-
Manish Chowdhary, pendiri Wow Skin Science, melalui video di LinkedIn mengajak masyarakat mendukung petani dan startup lokal, serta menjadikan "Made in India" obsesi global. Ia mencontohkan Korea Selatan yang sukses mempopulerkan makanan dan produk kecantikannya ke seluruh dunia.
-
Rahm Shastry, CEO DriveU, menyerukan agar India memiliki platform media sosial dan teknologi setara Twitter, Google, YouTube, WhatsApp, dan Facebook versi lokal, seperti yang dilakukan Tiongkok.
Di sisi lain, perusahaan ritel India sudah memberikan persaingan ketat bagi merek asing di pasar domestik. Namun, tantangan besar tetap ada dalam ekspansi global. Sebaliknya, perusahaan IT India seperti TCS dan Infosys telah berhasil mengakar kuat di pasar internasional.
Sikap Pemerintah India
Dalam pidatonya di Bengaluru, Perdana Menteri Narendra Modi mengimbau peningkatan kemandirian nasional. Ia menyebut perusahaan teknologi India sudah memproduksi untuk dunia, namun kini saatnya memberi prioritas lebih pada kebutuhan domestik.
Baca Juga: Narendra Modi Hadapi Ujian Terberat Selama 11 Tahun Menjabat Perdana Menteri India
Kelompok Swadeshi Jagran Manch yang berafiliasi dengan Partai Bharatiya Janata (BJP) turut menggelar aksi di berbagai kota. Mereka membagikan daftar merek lokal sebagai alternatif produk asing serta mempromosikan kampanye "Boycott foreign food chains" di media sosial.
Respons Publik yang Beragam
Meskipun kampanye boikot berlangsung, beberapa konsumen memilih tetap menikmati produk favoritnya. Rajat Gupta, 37 tahun, warga Lucknow, mengaku tidak terpengaruh isu tarif ketika menikmati kopi seharga 49 rupee di McDonald’s.
“Tarif adalah urusan diplomasi, dan McPuff atau kopi saya tidak perlu dibawa-bawa,” ujarnya.
Menariknya, di tengah meningkatnya sentimen anti-AS, Tesla justru membuka showroom keduanya di New Delhi dengan dihadiri pejabat Kementerian Perdagangan India dan perwakilan Kedutaan Besar AS.