kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.951.000   -8.000   -0,41%
  • USD/IDR 16.304   -11,00   -0,07%
  • IDX 7.533   43,20   0,58%
  • KOMPAS100 1.070   7,34   0,69%
  • LQ45 793   -2,68   -0,34%
  • ISSI 254   0,66   0,26%
  • IDX30 409   -1,29   -0,31%
  • IDXHIDIV20 467   -2,82   -0,60%
  • IDX80 120   -0,30   -0,25%
  • IDXV30 124   0,09   0,07%
  • IDXQ30 131   -0,56   -0,43%

Narendra Modi Hadapi Ujian Terberat Selama 11 Tahun Menjabat Perdana Menteri India


Sabtu, 09 Agustus 2025 / 10:44 WIB
Narendra Modi Hadapi Ujian Terberat Selama 11 Tahun Menjabat Perdana Menteri India
ILUSTRASI. Perdana Menteri India Narendra Modi tengah menghadapi salah satu periode paling menantang dalam 11 tahun masa jabatannya.. REUTERS/Kevin Lamarque


Sumber: Reuters | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perdana Menteri India Narendra Modi tengah menghadapi salah satu periode paling menantang dalam 11 tahun masa jabatannya.

Sejumlah krisis politik, diplomatik, dan ekonomi terjadi secara bersamaan mulai dari gencatan senjata kontroversial dengan Pakistan, hubungan yang memburuk dengan Amerika Serikat, hingga tuduhan kecurangan pemilu 2024 yang menguji kepemimpinannya seperti belum pernah terjadi sebelumnya.

Gencatan Senjata dengan Pakistan dan Dampak Politik Domestik

Pada Mei lalu, Modi mengejutkan publik dengan mengumumkan gencatan senjata dengan Pakistan, negara yang selama ini menjadi rival utama India. Langkah ini diambil setelah konfrontasi militer paling intens dalam beberapa dekade terakhir.

Namun, kebijakan tersebut memicu kontroversi, bahkan di kalangan basis pendukung nasionalis Hindu yang menjadi pilar utama BJP.

Baca Juga: Tarif AS Melonjak, Modi Bahas Ukraina dan Minyak Rusia dengan Putin

Pemerintah India membantah klaim Presiden AS Donald Trump yang menyebut dirinya memanfaatkan negosiasi perdagangan untuk menengahi gencatan senjata. Trump belakangan justru mempererat hubungan dengan Pakistan, yang secara terbuka berterima kasih atas perannya dalam mengakhiri konflik—membuat narasi diplomatik India semakin rumit.

Hubungan dengan AS Memanas: Tarif Impor 50%

Hubungan India–AS yang sebelumnya digambarkan sebagai “persahabatan erat” kini memasuki masa dingin diplomatik. Pekan ini, pemerintahan Trump memberlakukan tarif impor 50% terhadap produk India, salah satu yang tertinggi di dunia. Padahal, hanya enam bulan lalu, Modi dan Trump saling bertukar pelukan hangat di panggung internasional.

Pengamat politik Arati Jerath menilai hubungan kedua negara terlalu bergantung pada kedekatan pribadi kedua pemimpin. “Ketika hubungan pribadi itu memburuk, Modi tidak punya penyangga diplomatik,” ujarnya.

Sebagai respons, Modi menegaskan India tidak akan berkompromi terhadap kepentingan petani, peternak, dan nelayan. Dalam kampanye visual yang dirilis partainya, ia digambarkan melindungi seorang petani sambil menerima simbolisasi serangan berupa batu, batu bata, dan belati bertuliskan “tarif”.

Baca Juga: Putin Telepon Pemimpin China, India, dan Negara Eks-Soviet Usai Bertemu Utusan Trump

Dampak Politik: Pemilu Negara Bagian Bihar

Krisis ini datang menjelang pemilu legislatif di Bihar, salah satu negara bagian paling strategis di India. Menurut survei VoteVibe, Aliansi Demokratik Nasional (NDA) yang dipimpin Modi diprediksi kesulitan mempertahankan kekuasaan di sana, terutama karena masalah pengangguran yang menjadi isu utama pemilih.

Analis memperkirakan sengketa tarif dengan AS akan menjadi salah satu tema kampanye, namun di Bihar yang berorientasi pada isu lokal, dampak sentimen nasionalis terhadap hasil pemilu kemungkinan terbatas.

Potensi Realignment Diplomatik: China dan BRICS

Di tengah ketegangan dengan AS, Modi berencana melakukan kunjungan ke China dalam beberapa minggu mendatang, dengan kemungkinan bertemu Presiden Xi Jinping dan Presiden Rusia Vladimir Putin. Ia juga mengadakan pembicaraan dengan Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva terkait tarif AS, memperlihatkan potensi penguatan kembali poros BRICS.

Brasil dan India, dua pendiri BRICS yang kerap dikritik Trump, menjadi negara paling terdampak oleh kebijakan tarif tersebut. Rusia, China, dan Afrika Selatan juga merupakan anggota pendiri kelompok ini.

Baca Juga: Tarif Trump Bikin Panas! India Hentikan Sementara Pembelian Senjata AS

Tuduhan Kecurangan Pemilu 2024

Di dalam negeri, Partai Kongres yang dipimpin Rahul Gandhi menuduh BJP dan Komisi Pemilihan Umum melakukan “penipuan besar-besaran” pada pemilu 2024 dengan menambahkan pemilih fiktif. BJP membantah keras tuduhan ini, menyebutnya sebagai bentuk frustrasi oposisi atas kekalahan beruntun.

Komisi Pemilihan meminta Gandhi untuk berhenti membuat “kesimpulan absurd” yang berpotensi menyesatkan publik.

Isu Usia dan Masa Depan Politik Modi

Menjelang ulang tahunnya yang ke-75 bulan depan, isu usia Modi mulai menjadi bahan perbincangan publik. Meski tidak ada aturan formal tentang batas usia pensiun di BJP, sejumlah pemimpin senior partai sebelumnya disisihkan setelah melewati usia tersebut.

Menurut pengamat Rasheed Kidwai, citra politik Modi mulai mengalami penurunan. “Nilai merek Modi menyusut cepat. Jika ia kalah di Bihar, sinarnya akan meredup, karena di India, kemenangan pemilu adalah segalanya,” ujarnya.

Selanjutnya: 32 Bahan Makanan yang Bisa Disimpan Lama, Ada yang Puluhan Tahun

Menarik Dibaca: 20 Template Kupon Jalan Sehat dan Undian Doorprize HUT RI Gratis Edit di Canva




TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak Executive Macro Mastery

[X]
×