Sumber: CNN | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Pemerintahan Donald Trump telah melakukan perubahan besar-besaran di atas struktur kepemimpinan sipil Departemen Pertahanan dengan memindahkan beberapa pejabat paling seniornya dan menggantinya dengan yang dianggap loyal kepada Presiden.
Departemen Pertahanan dalam sebuah pernyataannya sekitar 24 jam setelah Presiden Donald Trump memecat Menteri Pertahanan Mark Esper, telah membuat para pejabat di dalam Pentagon gelisah dan memicu rasa khawatir yang meningkat di antara pejabat militer dan sipil, yang prihatin tentang apa yang bisa terjadi selanjutnya.
Empat pejabat senior sipil telah dipecat atau mengundurkan diri sejak Senin, termasuk Esper, kepala stafnya dan pejabat tinggi yang mengawasi kebijakan dan intelijen.
Baca Juga: Demokrat berhasil pertahankan kendali mereka atas DPR Amerika Serikat
Mereka digantikan oleh loyalis Trump, termasuk tokoh kontroversial yang mempromosikan teori konspirasi dan menyebut mantan Presiden Barack Obama sebagai teroris.
Seorang pejabat senior pertahanan mengatakan kepada CNN Selasa malam bahwa terjadi gelombang penggulingan pemimpin sipil di Pentagon, termasuk Esper.
Tetapi langkah tersebut kemungkinan hanya akan menambah rasa kekacauan di dalam Pentagon setelah pemecatan Esper oleh Trump. Presiden Trump melakukannya dua hari setelah lawannya dari Partai Demokrat, Joe Biden, diproyeksikan sebagai pemenang pemilihan presiden, meski berulang kali Trump menolaknya.
Bahkan, berlarutnya transisi kekuasaan yang berulang kali ditolak Trump juga dinilai bisa mengancam keamanan nasional Amerika Serikat.
Baca Juga: Menlu AS janjikan transisi kekuasaan mulus untuk pemerintahan Trump periode 2
Sementara para pejabat tinggi telah berurusan dengan pengambilan keputusan Trump yang tidak dapat diprediksi sejak ia menjabat, tingkat ketidakpastian saat ini terus meningkat sejak pemilihan.
Sumber-sumber CNN menyebut bahwa Gedung Putih menyebut Esper digantikan oleh Christopher Miller, direktur National Counterterrorism Center karena Esper dan timnya menolak penarikan pasukan dari Afghanistan.
"Ini menakutkan dan sangat mengganggu. Ini adalah gerakan diktator," kata seorang pejabat Departemen Pertahanan yang tak disebutkan namanya.