Tsunami Durian! Harga Musang King di Malaysia Ambruk ke Level Terendah 10 Tahun

Sumber: The Star,The Star | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - Fenomena yang dijuluki “tsunami durian” sedang melanda Malaysia. Harga durian Musang King anjlok tajam akibat panen raya yang melimpah.

Melansir The Star, di kawasan Petaling Jaya, Malaysia, lapak-lapak durian diserbu pembeli. Satu kantong besar Musang King kini bisa dibeli hanya RM 133 (sekitar Rp 550.000). Harga murah ini dipicu oleh musim panen yang sangat melimpah, sehingga pasokan durian membanjiri pasar.

Sebagian besar pedagang di sentra durian SS2 pun berlomba-lomba menawarkan promo untuk menarik pembeli. Mulai dari empat buah Musang King seharga RM 99, promo beli empat gratis satu, RM 133 untuk satu kantong Musang King, hingga RM 100 untuk satu kantong durian campur (di luar Musang King dan Black Thorn).

Salah satu kios bahkan meluncurkan paket ekstrem bertajuk “isi sendiri satu kantong”. Dengan membayar RM 133, pembeli diberi kantong plastik besar dan bebas memilih Musang King dari satu peti khusus hingga kantong tersebut penuh.

Diperkirakan satu kantong bisa menampung hingga 15 kilogram durian, sehingga suasana di lapak menjadi riuh karena pembeli berebut mendapatkan durian terbaik dengan harga semurah mungkin.

Para petani menyebut kondisi panen melimpah tapi harga jatuh ini sebagai “tsunami durian”. Harga di tingkat kebun (farm gate price) kini turun ke RM 10 per kilogram, terendah dalam 10 tahun terakhir. Bahkan di beberapa wilayah Pahang, harga Musang King di tingkat petani dilaporkan di bawah RM 10 per kilogram.

Pelaku industri menilai harga durian kecil kemungkinan kembali naik ke level lama. Masa kejayaan harga RM 80 per kilogram disebut sudah berakhir. Anjloknya harga ini mengejutkan para petani dan pedagang besar, terutama pemilik kebun baru yang baru memasuki masa panen perdana.

Presiden Asosiasi Eksportir Durian Malaysia, Sam Tan, mengatakan lonjakan produksi membuat pelaku usaha harus menerima kenyataan bahwa harga puncak satu dekade lalu tak akan terulang. Menurutnya, harga ideal Musang King saat ini berada di kisaran RM 35–RM 40 per kilogram, yang masih bisa diterima konsumen domestik maupun internasional.

Namun, luas kebun durian yang kini sudah meningkat hingga lima kali lipat membuat pasokan melimpah di mana-mana. Ditambah lagi, perlambatan ekonomi China turut menekan permintaan durian asal Malaysia.

Meski konsumen China masih mau membeli durian, minat terhadap durian premium dengan harga tinggi jauh menurun. Harga di atas RM 50 per kilogram kini sulit diterima pasar China.

“Pasar China sedang lesu. Konsumen tidak lagi bisa menerima harga mahal. Harga ekspor kami mengikuti permintaan pasar,” ujar Sam Tan.

Ia juga menyoroti perubahan pola produksi durian. Jika dulu durian bersifat musiman dan hanya memuncak pada Juni–Juli, kini produksi berlangsung hampir tanpa henti dari Juni hingga Februari atau Maret tahun berikutnya.

“Kalau setiap hari ada durian, rasa ‘ngidam’ itu hilang,” katanya.

Saat ini, pelaku industri durian bekerja sama dengan Kementerian Pertanian dan Ketahanan Pangan Malaysia untuk menyiapkan langkah stabilisasi harga musim depan. Salah satunya melalui sistem ketertelusuran (traceability) yang menandai asal durian, agar Musang King Malaysia bisa dibedakan dari produksi negara lain.

Presiden Asosiasi Pengolah Durian Malaysia, Eric Chan, menambahkan akhir tahun dipenuhi banyak acara dan liburan, sehingga konsumen lebih memilih mengalokasikan dana untuk perjalanan dan perayaan ketimbang membeli durian.

Menurutnya, Desember biasanya bukan musim puncak konsumsi durian. Namun, harga murah saat ini justru menjadi keuntungan bagi konsumen dan peluang memperkenalkan Musang King ke pasar yang lebih luas.

Tonton: Ada Program B50, Ekspor CPO Bisa Susut 5%-10% pada 2026

Ia memperkirakan kondisi ini hanya sementara. Dalam sekitar satu minggu, produksi diperkirakan mulai menurun sehingga harga perlahan akan kembali stabil.

Kesimpulan

Harga durian Musang King di Malaysia anjlok tajam akibat panen raya dan lonjakan produksi, ditambah melemahnya permintaan dari China. Kondisi ini memicu “tsunami durian” yang menguntungkan konsumen, tetapi menekan petani dan pelaku usaha, terutama pemilik kebun baru. Industri kini menyadari bahwa era harga super mahal sudah lewat, dan fokus mulai bergeser ke stabilisasi harga serta perluasan pasar.