Reporter: Sanny Cicilia | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Uber Technologies Inc telah mengirimkan rencananya untuk menggelar initial public offering (IPO). Langkah ini sekaligus sebagai tes pasar mengenai toleransi investor atas perusahaan penyedia layanan pemanggilan transportasi secara online yang cukup kontroversial.
Dokumen awal yang bersifat confidential ini diajukan pada Kamis lalu, menurut sumber pada Reuters. Pengajuannya bersamaan dengan rivalnya, Lyft Inc yang juga mengumumkan dengan terang-terangan telah mengirimkan rencana IPO kepada bursa di hari yang sama.
Meski bernilai jauh lebih besar daripada Lyft, Uber memperlihatkan ketidaksediaan disalip oleh rivalnya yang sama-sama berasal dari Amerika Serikat (AS) tersebut. Menurut sumber tersebut, Uber ingin mengalahkan Lyft ke Wall Street.
Jika rencana penjualan saham perdana ini terjadi, IPO Uber akan menjadi salah satu listing sektor teknologi terbesar. Valuasi Uber saat ini lewat pendanaan privat mencapai US$ 76 miliar. Setelah IPO, nilainya bisa menggemuk menjadi US$ 120 miliar.
Chief Executive Dara Khosrowshahi yang baru memimpin pada tahun lalu telah berulang kali menyatakan, akan membawa Uber ke bursa saham pada tahun 2019. Agustus lalu, dia pun telah memilih chief financial baru.
Tuntutan IPO ini datang dari salah satu investor terbesarnya, SoftBank. Sembari mengambil kepemilikan 15% di Uber pada Januari lalu, SoftBank mengultimatum Uber harus IPO paling lambat September 2019. Uber sejak tahun 2010 sudah meraup dana investor privat US$ 18 miliar.
IPO ini akan menguji selera investor terhadap kontroversi legalitas dan wilayah kerja Uber. Bersamaan dengan Lyft, keduanya akan memperlihatkan selera pasar akan bisnis ride-hailing yang sangat populer, tapi tak menguntungkan.
Uber pada akhir kuartal III lalu menanggung rugi US$ 1,07 miliar kendati gross booking mencapai US$ 12,7 miliar. Pendapatan perusahaan mencapai US$ 2,95 miliar, naik 5% dari periode yang sama tahun lalu.
Uber belum memilih penyelenggara IPO, meskipun menurut sumber tersebut, Morgan Stanley dan Goldman Sachs tertarik maju. Sedangkan Lyft sudah menggandenga JPMorgan Chase & Co, Credit Suisse, dan Jefferies sebagai underwriter.