Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Indeks saham utama Amerika Serikat (AS) bergerak mendekati rekor tertinggi pada Jumat (26/12/2025) dalam perdagangan pasca-Natal yang sepi, sementara harga logam mulia melonjak ke level tertinggi sepanjang masa.
Pada perdagangan pagi di New York, S&P 500 naik 0,07%, Dow Jones Industrial Average bertambah 0,03%, dan Nasdaq Composite juga naik 0,03%.
Ketiga indeks ini tercatat mengakhiri tahun dengan kenaikan dua digit.
Sepanjang 2025, saham teknologi besar menjadi motor penggerak S&P 500, dengan investor mulai melirik sektor siklikal seperti keuangan dan bahan baku, memperluas kenaikan dan mendorong indeks AS menuju tahun ketiga berturut-turut dengan keuntungan.
Baca Juga: Wall Street Menguat di Tengah Harapan Akhir Penutupan Pemerintahan AS
Sentimen pasar didorong oleh data ekonomi AS yang menunjukkan ketahanan, serta kemungkinan penurunan suku bunga oleh pengganti Jerome Powell di Federal Reserve (The Fed) pada tahun depan.
Tekanan pada saham kecerdasan buatan (AI) akibat valuasi tinggi dan biaya modal yang besar juga mulai mereda.
Sementara itu, ketegangan geopolitik menambah daya tarik logam mulia sebagai aset aman. Kenaikan ini terjadi sehari setelah serangan udara AS terhadap militan Islamic State di Nigeria barat laut.
Harga perak menembus rekor tertinggi $75,62 per ounce, naik 161% sepanjang tahun, didukung oleh defisit pasokan dan statusnya sebagai logam kritis AS. Harga emas pun naik 1,45% menjadi $4.544 per ounce karena dolar AS melemah, memperkuat daya tarik emas bagi investor luar negeri.
Soojin Kim, analis komoditas MUFG, mengatakan rally logam mulia kemungkinan berlanjut didukung perkiraan bank-bank besar, permintaan fisik yang kuat, serta ketidakpastian geopolitik dan moneter yang persisten.
Baca Juga: Wall Street: S&P 500 dan Nasdaq Catat Rekor Didukung Kesepakatan Dagang AS-Vietnam
Investor bersiap memasuki 2026 dengan fokus pada kemungkinan penurunan suku bunga The Fed. Pasar saat ini memperkirakan setidaknya dua kali pemotongan suku bunga sepanjang tahun, meski perubahan diprediksi tidak terjadi sebelum Juni.
The Fed sendiri memproyeksikan satu kali penurunan suku bunga, tetapi perbedaan pandangan di antara pengambil kebijakan membuat investor waspada.
Selain itu, perhatian pasar tertuju pada calon pengganti Powell yang akan ditunjuk Presiden Donald Trump. Sinyal terkait keputusan ini diperkirakan dapat memengaruhi pasar dalam pekan depan.
Kondisi ini menekan dolar AS sehingga mendorong euro, poundsterling, dan franc Swiss menguat. Indeks dolar AS turun tipis 0,02% menjadi 97,93. Sementara yen Jepang melemah terhadap dolar karena investor waspada terhadap kemungkinan intervensi pemerintah untuk menstabilkan mata uang.
Baca Juga: Wall Street Menguat, Nasdaq Catat Rekor Penutupan Tertinggi Dua Hari Beruntun
Pelemahan yen terjadi meski Bank of Japan menaikkan suku bunga pekan lalu dan inflasi inti di Tokyo melambat pada Desember, tetap di atas target 2%, yang mendukung kemungkinan kenaikan suku bunga lebih lanjut.













