Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Minat investor menanamkan modal di China meningkat. Survei UBS Group AG pada 317 kantor keluarga alias family office, pengelola dana keluarga super kaya raya dengan nilai aset rata-rata US$ 1,1 miliar, menyebut rata-rata lembaga tersebut akan menambah investasi di China.
Kekhawatiran perang dagang global memang jadi beban sendiri. Tapi survei menunjukkan lebih dari sepertiga family office dari Timur Tengah ingin meningkatkan investasinya di China daratan.
Dari kawasan Asia-Pasifik, 39% responden juga memiliki rencana serupa. "Secara global, rata-rata 18% responden ingin menambah investasi di negara tersebut," tulis UBS dalam survei, seperti dilaporkan Bloomberg, kemarin.
Baca Juga: QRIS Cross Border Kian Ngebut, Giliran Jepang dan China Jadi Sasaran
Tapi, ada keluarga-keluarga kaya yang tidak akan menambah investasi di China. Family office asal Amerika Serikat (AS) rata-rata tidak mempertimbangkan ini.
13% responden dari AS mengatakan tidak akan menambah investasi di China setahun ke depan. Temuan ini tercantum dalam laporan UBS 2025 Global Family Office Report, dikutip Bloomberg.
Likuiditas naik
Sebagian besar data dikumpulkan sebelum Presiden AS Donald Trump mengumumkan tarif perdagangan global, yang membuat pasar keuangan goyah. Hasil survei menunjukkan, para miliarder di luar AS cenderung mengambil langkah aman dengan tidak berpihak secara penuh pada satu negara, di tengah ketegangan ekonomi antara dua kekuatan besar dunia.
JPMorgan Chase & Co juga melihat minat investor asing masuk ke pasar China meningkat. Alasannya, JPMorgan menyebut ada tanda-tanda pemulihan ekonomi yang merata di China.
Baca Juga: PM China Li Qiang Datang ke Indonesia Pekan Ini, Disebut Sebagai Kunjungan Penting
"Perkembangan dalam 12 bulan terakhir sangat menggembirakan," ujar Rita Chan, Co-Senior Country Officer JPMorgan untuk China, dalam wawancara dengan Bloomberg. Investasi langsung dari luar negeri naik dan pasar mulai pulih. Ini nampak dari likuiditas dan volume transaksi pasar modal.
JPMorgan sendiri telah menggelontorkan banyak dana untuk memperluas bisnisnya di China. Dalam tiga tahun, JP Morgan berhasil menguasai penuh bisnis berjangka, sekuritas dan aset manajemen di China.
Sebelumnya, bank-bank besar AS memang telah mengurangi paparan di China dengan memangkas pemberian pinjaman, perdagangan, dan investasi hingga sekitar 20%. Tapi kini aktivitas bisnis mulai meningkat lagi, seiring bertambahnya penjualan saham di Hong Kong dan China.
Apalagi China berkomitmen membuka sektor keuangan dan berjanji memberi stimulus untuk mendongkrak ekonomi.