kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,64   6,18   0.67%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Virus Marburg yang mematikan muncul lagi, WHO siapkan rencana kesiapsiagaan


Kamis, 12 Agustus 2021 / 21:02 WIB
Virus Marburg yang mematikan muncul lagi, WHO siapkan rencana kesiapsiagaan
ILUSTRASI. A logo is pictured on the headquarters of the World Health Orgnaization (WHO) in Geneva, Switzerland, June 25, 2020. REUTERS/Denis Balibouse


Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - JENEWA. Di tengah pandemi COVID-19, Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO melaporkan kasus penyakit virus Marburg, yang sangat menular yang menyebabkan demam berdarah.

Virus mematikan ini satu keluarga dengan Ebola dan ditularkan ke manusia melalui kelelawar buah.

"WHO akan mencegah wabah Marburg dengan mempertahankan pengawasan dan mendukung negara-negara berisiko untuk mengembangkan rencana kesiapsiagaan," sebut WHO di laman resminya.

Kasus virus Marburg terdeteksi di Prefektur Gueckedou, Guinea. Dan, kasus itu muncul selang kurang dari dua bulan setelah negara Afrika tersebut mengumumkan berakhirnya wabah Ebola pada tahun ini yang menewaskan 12 orang.

Pasien yang terjangkit virus Marburg adalah seorang pria yang meninggal pada 2 Agustus lalu, delapan hari setelah timbul gejala. Desa tempat dia tinggal berada di dekat perbatasan Guinea dengan Sierra Leone dan Liberia.

Ini merupakan kasus pertama yang diketahui dari penyakit virus Marburg di Guinea dan Afrika Barat.

Baca Juga: Bukan corona, berikut 10 virus paling mematikan di Bumi

Melansir laman UN News, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, Kementerian Kesehatan Guinea melaporkan kasus tersebut ke organisasinya pada Jumat (6/8) pekan lalu.

Pasien mengalami gejala pada 25 Juli. Lalu, 1 Agustus, ia mengunjungi fasilitas kesehatan kecil di dekat desa tempat tinggalnya dengan gejala demam, sakit kepala, kelelahan, sakit perut, dan pendarahan gusi. 

Tes diagnostik cepat untuk malaria dilakukan dan hasilnya negatif. Pasien lalu menjalani perawatan suportif dengan rehidrasi, antibiotik parenteral, dan pengobatan untuk mengatasi gejala.

Tingkat kematian hampir 90%

Menurut Tedros, WHO mendukung pihak berwenang Guinea dalam menyelidiki sumber wabah, melacak kontak, dan membentuk komunitas lokal tentang langkah-langkah perlindungan.

“Sekitar 150 kontak telah diidentifikasi dan sedang ditindaklanjuti, termasuk tiga anggota keluarga dan seorang petugas kesehatan, yang telah diidentifikasi sebagai kontak erat berisiko tinggi,” katanya.

Baca Juga: WHO: Kasus COVID-19 global bertambah 100 juta hanya dalam tempo 6 bulan




TERBARU
Kontan Academy
Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet Managing Customer Expectations and Dealing with Complaints

[X]
×