kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

WHO: Dampak Covid-19, kian banyak pengidap tuberkulosis (TB) tak menerima perawatan


Sabtu, 27 Maret 2021 / 09:10 WIB
WHO: Dampak Covid-19, kian banyak pengidap tuberkulosis (TB) tak menerima perawatan
ILUSTRASI. WHO: Dampak Covid-19, kian banyak pengidap tuberkulosis tak menerima perawatan. ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/kye/17


Reporter: Hasbi Maulana | Editor: Hasbi Maulana

KONTAN.CO.ID - JENEWA. Sekitar 1,4 juta lebih orang menerima perawatan tuberkulosis (TB) pada tahun 2020. Dibandingkan tahun 2019, jumlah itu menurun drastis sampai 21%. 

Data awal yang dikumpulkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dari lebih dari 80 negara menyebut negara-negara dengan penurunan perawatan penderita TB adalah Indonesia (42%), Afrika Selatan (41%), Filipina (37%) dan India (25%).

“Efek COVID-19 jauh melampaui kematian dan penyakit yang disebabkan oleh virus itu sendiri,” kata Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal WHO dalam rilis resmi yang dimual di lama WHO.

Dia juga menyebut bahwa terganggunya layanan penting bagi orang dengan TB hanyalah satu contoh tragis bagaimana pandemi memengaruhi beberapa orang termiskin di dunia yang sudah berisiko lebih tinggi terkena TB, secara tidak proporsional.

“Data serius ini menunjukkan bahwa negara-negara perlu menjadikan cakupan kesehatan universal sebagai prioritas utama saat mereka merespons dan pulih dari pandemi, untuk memastikan akses ke layanan penting untuk TB dan semua penyakit,” lanjut dia.

Baca Juga: Wall Street: Dow Jones dan S&P 500 kompak menguat dalam sepekan, Nasdaq tergelincir

Beberapa negara telah mengambil langkah-langkah untuk mengurangi dampak COVID-19 pada pemberian layanan, dengan memperkuat pengendalian infeksi; memperluas penggunaan teknologi digital untuk memberikan nasihat dan dukungan jarak jauh, serta menyediakan pencegahan dan perawatan TB di rumah.

Tetapi banyak pengidap TB tidak dapat mengakses perawatan yang mereka butuhkan. WHO khawatir lebih dari setengah juta orang mungkin telah meninggal karena TB pada tahun 2020, hanya karena mereka tidak bisa memperoleh diagnosis.

Sebenarnya ini bukan masalah baru. Sebelum COVID-19 menyerang, kesenjangan angka perkiraan jumlah orang yang terjangkit TB setiap tahun dan jumlah orang yang secara resmi dilaporkan didiagnosis TB sekitar 3 juta. Pandemi telah memperburuk situasi.

WHO merekomendasikan salah satu cara mengatasinya adalah melalui skrining TB yang dipulihkan dan ditingkatkan untuk mengidentifikasi orang dengan infeksi TB atau penyakit TB dengan cepat.

“Selama berabad-abad, orang dengan TB paling terpinggirkan dan rentan. COVID-19 telah meningkatkan kesenjangan dalam kondisi kehidupan dan kemampuan untuk mengakses layanan baik di dalam maupun antar negara, ”kata Dr Tereza Kasaeva, Direktur Program TB Global WHO.

“Sekarang kita harus melakukan upaya baru untuk bekerja sama untuk memastikan bahwa program TB cukup kuat untuk dilaksanakan selama keadaan darurat di masa mendatang - dan mencari cara inovatif untuk melakukannya,” pungkasnya.

Selanjutnya: Rekor lagi, Brasil catat 3.650 kematian baru akibat Covid-19 pada Jumat (26/3)




TERBARU

[X]
×