Penulis: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada hari Selasa (17/10) mengecam serangan Israel terhadap Rumah Sakit Al-Ahli al-Arabi di Jalur Gaza. Serangan tersebut menewaskan ratusan orang.
Serangan terhadap rumah sakit itu juga menjadi insiden paling berdarah di Gaza sejak Israel melancarkan habis-habisan ke wilayah itu lebih dari seminggu lalu.
WHO mengatakan bahwa serangan terhadap rumah sakit kali ini terjadi dalam skala yang belum pernah terjadi sebelumnya di wilayah Palestina yang diduduki Israel.
"Serangan ini memiliki skala yang belum pernah terjadi sebelumnya. Kita telah melihat serangan yang konsisten terhadap layanan kesehatan di wilayah pendudukan Palestina," kata Richard Peeperkorn, Perwakilan WHO untuk Tepi Barat dan Gaza, dikutip Reuters.
Baca Juga: Rusia dan AS Berselisih di Dewan Keamanan PBB Terkait Perang Israel-Hamas
Peeperkorn melaporkan bahwa sejauh ini telah terjadi 51 serangan terhadap fasilitas kesehatan di Gaza. Serangkaian serangan itu mengakibatkan 15 petugas kesehatan tewas dan 27 luka-luka.
DI sisi lain, Israel justru menyalahkan deretan insiden tersebut pada kegagalan peluncuran roket yang dilakukan kelompok militan Palestina.
Ahmed Al-Mandhari, Direktur Regional WHO untuk Mediterania Timur, mengatakan bahwa masih ada pasien, petugas kesehatan, dan pengungsi yang berada di rumah sakit ketika serangan-serangan Israel terjadi.
Rumah Sakit Al-Ahli al-Arabi yang baru saja menjadi target merupakan satu dari 20 rumah sakit di utara Jalur Gaza yang menerima perintah evakuasi dari militer Israel. Namun, Al-Mandhari menegaskan bahwa evakuasi tidak mungkin dilakukan saat ini dengan alasan keamanan.
Baca Juga: 500 Warga Palestina Tewas Akibat Ledakan Rumah Sakit di Gaza, Tepi Barat Memanas
"Perintah evakuasi tidak mungkin dilaksanakan mengingat ketidakamanan saat ini, kondisi kritis banyak pasien, dan kurangnya ambulans, staf, kapasitas tempat tidur sistem kesehatan, dan kurangnya tempat penampungan alternatif bagi pengungsi," kata Al-Mandhari.
Perintah evakuasi tersebut juga dikritik oleh Direktur Eksekutif Program Kedaruratan Kesehatan WHO, Mike Ryan. Dirinya mengatakan tidak manusiawi jika membiarkan petugas kesehatan di Gaza menghadapi dilema dalam merawat pasien mereka atau melarikan diri.
Ryan mengapresiasi para dokter dan perawat yang lebih memilih pasien mereka daripada diri mereka sendiri.
"Sangat jelas bahwa layanan kesehatan bukanlah sebuah target. Hal ini tertuang dalam hukum humaniter internasional. Dan kami melihat pelanggaran ini berulang kali selama seminggu terakhir. Dan itu harus dihentikan. Ini harus dihentikan," kata Ryan.