kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.528.000   8.000   0,53%
  • USD/IDR 16.240   -40,00   -0,25%
  • IDX 7.037   -29,18   -0,41%
  • KOMPAS100 1.050   -5,14   -0,49%
  • LQ45 825   -5,35   -0,64%
  • ISSI 214   -0,85   -0,40%
  • IDX30 423   -1,15   -0,27%
  • IDXHIDIV20 514   0,87   0,17%
  • IDX80 120   -0,69   -0,57%
  • IDXV30 125   1,36   1,09%
  • IDXQ30 142   0,26   0,18%

WHO Sebut Kebijakan Zero-Covid China Tidak Berkelanjutan, Mutasi Virus Jadi Alasan


Rabu, 11 Mei 2022 / 11:10 WIB
WHO Sebut Kebijakan Zero-Covid China Tidak Berkelanjutan, Mutasi Virus Jadi Alasan
ILUSTRASI. Lokasi pengujian Covid-19 di Beijing, China, Minggu (10/4/2022). REUTERS/Tingshu Wang


Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo

KONTAN.CO.ID - JENEWA. Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menilai bahwa kebijakan Zero-Covid yang diterapkan oleh China tidak berkelanjutan. WHO menganggap kemampuan mutasi virus corona akan menjadi penghalang.

Pihak WHO pun mengaku telah berdiskusi dengan China untuk menentukan langkah terbaik dan lebih berkelanjutan untuk mengatasi penyebaran Covid-19 di negara tersebut.

"Kami tidak berpikir itu berkelanjutan mengingat perilaku virus dan apa yang sekarang kami antisipasi di masa depan. Kami telah berdiskusi tentang masalah ini, dan kami menunjukkan bahwa pendekatannya tidak akan berkelanjutan. Perubahan akan sangat penting," kata Tedros dalam pengarahan hariannya hari Selasa (10/5).

Baca Juga: Covid-19 Punya Hubungan dengan Hepatitis Akut Misterius? Ini Penjelasan WHO

Mengutip Reuters, di bawah kebijakan Zero-Covid pihak berwenang harus mengunci area dengan populasi besar untuk menekan penyebaran virus, bahkan jika jumlah orang yang dinyatakan positif hanya sedikit.

Sayangnya, kebijakan tersebut telah menuai kritik baik dari kalangan warga maupun ilmuwan karena menyebabkan jutaan orang yang sehat ikut terkena dampak penguncian.

Kebijakan karantina ini juga dikritik karena kerap memisahkan banyak anak-anak dari orang tuanya dalam waktu yang lama. Di saat yang sama, kebijakan ini juga menempatkan kasus tanpa gejala di antara kasus dengan gejala.

Di Shanghai misalnya, salah satu kota terbesar di China ini sedang ada dalam karantina ketat karena lonjakan kasus Covid-19 dalam beberapa minggu terakhir. Penduduk Shanghai hanya diizinkan keluar dari kompleks untuk alasan darurat medis.

Bahkan banyak di antara mereka yang bahkan tidak diizinkan keluar dari pintu depan rumah mereka untuk sekadar berbaur dengan tetangga.

Baca Juga: WHO Deteksi Kemunculan Dua Sub-Varian Omicron Baru di Afrika Selatan



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×