Sumber: Bloomberg | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - JENEWA. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menemukan adanya hubungan antara obat batuk asal India dengan kematian lebih dari 60 anak di Gambia. Obat batuk tersebut diduga telah beredar di negara lain.
Dilansir Bloomberg, WHO pada hari Rabu (5/10) memberi peringatan medis pada obat batuk sirup yang dibuat oleh Maiden Pharmaceuticals Ltd. asal India.
Obat batuk itu dinilai berpotensi terkait dengan cedera ginjal akut dan kematian 66 anak-anak di Gambia.
Baca Juga: Tak Seoptimistis Sebelumnya, WHO: Akhir Pandemi Masih Jauh, Masih di Terowongan Gelap
"Empat produk Maiden yang terkontaminasi ditemukan dalam analisis laboratorium mengandung jumlah yang tidak dapat diterima, dari dietilen glikol dan etilen glikol," ungkap Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus.
Tedros menambahkan, WHO saat ini sedang melakukan penyelidikan lebih lanjut dengan perusahaan dan regulator India sambil menyarankan negara-negara untuk menarik obat tersebut dari peredaran.
Baca Juga: WHO Izinkan Indonesia Perlonggar Protokol Kesehatan, Sudah Boleh Lepas Masker?
Perdana Menteri Narendra Modi sedang gencar mempromosikan industri pembuatan obat India sebagai "apotek dunia". Industri itu ditaksir memiliki nilai hingga US$42 miliar.
India telah memasok banyak obat generik dengan harga murah ke ratusan negara di seluruh dunia. Namun, obat-obat asal India justru kerap disoroti karena masalahnya, termasuk obat jantung yang tercemar.
Maiden Pharma yang terkait dengan obat batuk bermasalah kali ini merupakan pembuat dan pemasok produk medis yang telah beroperasi lebih dari 30 tahun. Produk-produknya pun telah tersebar di berbagai negara di Afrika, Asia, Eropa Timur, Timur Tengah, dan Rusia