Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - GENEVA. Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) secara drastis memangkas proyeksi pertumbuhan perdagangan barang global untuk tahun 2025, dari sebelumnya ekspansi 3,0% menjadi kontraksi sebesar 0,2%.
Penurunan ini disebabkan oleh eskalasi kebijakan tarif oleh Amerika Serikat serta dampak limpahan (spillover effects) terhadap perekonomian global, yang berpotensi memicu penurunan perdagangan terparah sejak puncak pandemi COVID-19.
Tarif Tambahan dan Ketegangan AS–China Menjadi Sumber Utama Ketidakpastian
Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali memberlakukan tarif impor tambahan terhadap baja dan mobil, serta kebijakan tarif menyeluruh terhadap berbagai negara.
Meskipun sempat mengumumkan jeda selama 90 hari terhadap tarif tambahan tersebut, ketegangan dagang dengan Tiongkok justru meningkat. Kedua negara saling membalas dengan tarif di atas 100% terhadap produk impor satu sama lain.
Baca Juga: Takut Dampak Kebijakan Trump, Jerman Siap Tarik Cadangan Emas 1.200 Ton di AS!
WTO menyampaikan bahwa jika AS mengaktifkan kembali tarif penuh yang sempat dijeda, pertumbuhan perdagangan barang global akan turun sebesar 0,6%. Ditambah dengan dampak tidak langsung dari ketegangan ini terhadap mitra dagang lain, total penurunan bisa mencapai 1,5%, kontraksi terdalam sejak tahun 2020.
"Saya sangat khawatir. Kontraksi dalam pertumbuhan perdagangan barang global adalah perhatian besar. Ketegangan ini dapat merembet ke pertumbuhan PDB global secara keseluruhan," kaya Ngozi Okonjo-Iweala, Direktur Jenderal WTO.
Dampak Sistemik Terhadap PDB Global dan Negara Berkembang
Selain implikasi langsung terhadap perdagangan barang, WTO memperingatkan bahwa tekanan terhadap perdagangan global dapat berdampak negatif pada pasar keuangan, investasi, dan belanja konsumen secara global. Negara berkembang menjadi kelompok yang paling rentan terdampak.
WTO memproyeksikan bahwa jika decoupling ekonomi antara AS dan Tiongkok terus berlanjut, dunia bisa menyaksikan pembentukan dua blok ekonomi besar yang terpisah secara geopolitik. Ini akan menurunkan PDB global jangka panjang hingga 7%, sebuah angka yang disebut WTO sebagai "substansial dan signifikan".
Penurunan Perdagangan Barang AS–China Capai 81%, Potensi Fragmentasi Global Meningkat
WTO mencatat bahwa volume perdagangan barang antara Amerika Serikat dan Tiongkok diperkirakan menurun hingga 81%, dan bisa saja mencapai 91% tanpa adanya pengecualian baru-baru ini untuk produk-produk seperti smartphone.
Fragmentasi ini bisa mengarah pada keruntuhan sistem perdagangan multilateral berbasis aturan, digantikan oleh model deals-based yang tak menentu dan bergantung pada negosiasi bilateral.
Baca Juga: IPhone Bakal Makin Mahal! Tarif Trump bisa Dorong Harga Tembus Rp 58 Juta
"Sisa-sisa dari sistem perdagangan berbasis aturan yang telah memburuk kini tergantikan oleh kekacauan berbasis kesepakatan. Proyeksi apapun sangat tergantung pada kemampuan negara untuk menegosiasikan kesepakatan dengan pemerintahan Trump," ujar Hector Torres, mantan Direktur Eksekutif IMF.
Perdagangan Jasa Juga Terimbas, Meski Tidak Terkena Tarif Langsung
Meski tidak dikenakan tarif secara langsung, sektor perdagangan jasa ikut terdampak karena keterkaitannya dengan aktivitas perdagangan barang—khususnya transportasi, logistik, serta jasa investasi dan pariwisata.
WTO memprediksi pertumbuhan perdagangan jasa komersial akan melambat menjadi:
-
4,0% pada 2025
-
4,1% pada 2026
Angka ini jauh di bawah proyeksi baseline sebelumnya, yakni 5,1% dan 4,8%.
Negara Lain Siap Isi Kekosongan di Pasar AS
Meskipun terjadi pelemahan dalam hubungan dagang AS–Tiongkok, WTO mencatat adanya potensi bagi negara lain untuk mengisi kekosongan dalam pasokan barang ke pasar Amerika Serikat.
Ekspor Tiongkok ke kawasan lain—kecuali Amerika Utara—diproyeksikan meningkat antara 4% hingga 9%. Di sisi lain, negara-negara seperti Vietnam, India, dan Meksiko berpeluang mengisi permintaan AS untuk produk seperti:
-
Tekstil dan pakaian jadi
-
Peralatan listrik dan elektronik
-
Produk baja dan otomotif
Baca Juga: Donald Trump Dikabarkan akan Umumkan Darurat Militer pada 20 April, Apa yang Terjadi?
Outlook 2026: Pemulihan Moderat, Ketidakpastian Tetap Tinggi
WTO masih berharap akan adanya pemulihan moderat pada tahun 2026 dengan proyeksi:
-
Pertumbuhan perdagangan barang: +2,5%
-
Pertumbuhan perdagangan jasa: +4,1%