Reporter: Handoyo | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketegangan geopolitik antara Amerika Serikat dan Uni Eropa kembali meningkat, kali ini menyentuh isu yang sangat sensitif: cadangan emas.
Pemerintah Jerman dikabarkan tengah mempertimbangkan langkah drastis untuk menarik sebagian besar cadangan emasnya yang selama puluhan tahun disimpan di Bank Sentral Amerika Serikat (Federal Reserve) di New York.
Langkah ini mencerminkan meningkatnya kekhawatiran Berlin atas arah kebijakan Presiden Donald Trump yang dianggap merugikan dan mengancam stabilitas keuangan global serta kedaulatan Eropa.
Sejarah Cadangan Emas Jerman: Warisan Ekonomi Pasca-Perang Dunia
Cadangan emas Jerman saat ini mencapai 3.374 ton, menjadikannya sebagai pemilik cadangan emas terbesar kedua di dunia setelah Amerika Serikat. Sekitar 1.200 ton atau hampir sepertiga dari total cadangan tersebut tersimpan di Manhattan, New York, tepatnya di bawah tanah markas besar Federal Reserve.
Baca Juga: Inalum Ungkap Tarif Trump Tak Berdampak Signifikan bagi Perusahaan, Ini Sebabnya
Emas-emas ini diperoleh selama era pasca-Perang Dunia Kedua, saat ekonomi Jerman Barat mulai bangkit dan menikmati surplus perdagangan besar dengan negara-negara lain. Di bawah sistem Bretton Woods, surplus tersebut diubah menjadi emas fisik sebagai penjamin kestabilan nilai mata uang.
Salah satu alasan utama emas disimpan di luar negeri, terutama di AS, Inggris, dan Prancis, adalah karena kekhawatiran akan potensi ancaman dari Blok Timur selama Perang Dingin. Penyimpanan di negara-negara sekutu dianggap sebagai langkah strategis untuk menjaga keamanan aset nasional.
Mengutip trt.global, penyimpanan di Federal Reserve juga memungkinkan Jerman untuk mengakses likuiditas dalam mata uang dolar dengan cepat jika terjadi krisis keuangan. Namun, dengan dinamika global yang terus berubah, keuntungan ini kini mulai dipertanyakan kembali.
Kebijakan Trump dan Kekhawatiran Eropa
Ketegangan antara Washington dan Brussels semakin memuncak sejak Presiden Donald Trump kembali menjabat. Berbagai kebijakan proteksionis, pernyataan konfrontatif terhadap Uni Eropa, serta kebijakan ekonomi unilateral telah menggoyahkan kepercayaan negara-negara sekutu, termasuk Jerman.
Baca Juga: Trump Bikin Elon Musk Rugi Triliunan! Kekayaan Anjlok Jadi di Bawah Rp 5.060 Triliun
Isu ini semakin diperkeruh oleh komentar Elon Musk, tokoh teknologi ternama sekaligus sekutu dekat Trump, yang menyerukan agar audit cadangan emas di Fort Knox disiarkan secara langsung—sebuah gagasan yang mengundang sorotan terhadap transparansi dan keamanan aset cadangan Amerika.
Tekanan Politik di Dalam Negeri: Seruan untuk Repatriasi
Michael Jäger dari European Taxpayers’ Association menyatakan bahwa dalam masa ketidakpastian geopolitik global seperti saat ini, Jerman harus mengambil langkah preventif dengan segera memulangkan emas dari AS.
"Bundesbank dan Pemerintah Jerman harus menunjukkan pandangan jauh ke depan dan segera menarik emas dari AS. Terutama ketika Berlin dan Brussels sedang membahas utang baru dalam jumlah besar, akses langsung terhadap seluruh cadangan emas sangat penting dalam keadaan darurat," ujar Jäger kepada Bild.
Anggota Parlemen Eropa, Markus Ferber, juga menuntut adanya inspeksi fisik berkala terhadap cadangan emas tersebut. Ia menekankan pentingnya keterlibatan langsung perwakilan resmi Bundesbank dalam menghitung dan mendokumentasikan emas yang tersimpan.
Hal senada disampaikan oleh Marco Wanderwitz dari CDU, partai yang diproyeksikan akan memimpin pemerintahan berikutnya. Ia menyatakan bahwa pemerintah sebaiknya "secara rutin memeriksa atau langsung menarik emas tersebut."
Baca Juga: Elon Musk Naik Pitam! Tesla Jadi Sasaran Hinaan Penasihat Trump
Sikap Resmi Bundesbank: Masih Percaya pada AS
Meskipun desakan politik dan tekanan publik meningkat, Bundesbank masih menyatakan kepercayaannya terhadap mitra Amerika. Dalam pernyataan resmi kepada Bild, juru bicara Bundesbank mengutip Presiden Joachim Nagel:
"Kami tidak memiliki keraguan sedikit pun bahwa The Fed di New York adalah mitra yang terpercaya dan andal dalam penyimpanan cadangan emas kami."
Namun, pernyataan ini tidak menghentikan gelombang kekhawatiran akan potensi gangguan akses atau bahkan penyitaan sepihak di masa depan jika hubungan transatlantik terus memburuk.