Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Kasus ini terbukti menjadi titik temu bagi mereka yang marah atas tindakan kejam yang dilakukan untuk membuat orang tetap di rumah.
“Cabut lockdown untuk Urumqi, cabut lockdown untuk Xinjiang, cabut lockdown untuk seluruh China,” teriak puluhan orang di Shanghai, terlihat dalam sebuah video di media sosial.
Pada Minggu malam, sekitar 50 pengunjuk rasa berkumpul di distrik kedutaan Beijing untuk menyanyikan lagu kebangsaan China dan The Internationale, mengikuti contoh protes lain yang meletus di seluruh negeri.
Mereka juga mengangkat lembaran kertas kosong sebagai simbol protes terhadap penyensoran, saat polisi berseragam berpatroli di kedua sisi Sungai Liangma di distrik tersebut. Para pengunjuk rasa juga menyalakan lilin dan membawa bunga untuk memberi penghormatan kepada para korban kebakaran Xinjiang.
Baca Juga: China Melaporkan Rekor Harian Keempat Berturut-turut Kasus Baru COVID-19
Arti lembaran kosong
Melansir Reuters, gambar dan video yang beredar secara online menunjukkan mahasiswa di universitas di sejumlah kota, termasuk Nanjing dan Beijing, memegang kertas kosong sebagai aksi protes diam-diam. Ini merupakan taktik yang digunakan sebagian untuk menghindari penyensoran atau penangkapan.
"Lembaran kertas putih mewakili semua yang ingin kami katakan tetapi tidak bisa kami katakan," kata Johnny, 26 tahun, yang ikut serta dalam salah satu pertemuan di Sungai Liangma.
Dia menambahkan, "Saya datang ke sini untuk memberikan penghormatan kepada para korban kebakaran. Saya sangat berharap kita dapat mengakhiri semua pembatasan COVID ini. Kami ingin hidup normal kembali. Kami ingin memiliki martabat."