Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
ATHENA. Ribuan warga Yunani bersahutan memekikkan "No". Minggu malam (5/7), massa berkumpul di Syntagma Square, pusat alun-alun kota Athena. Ribuan massa merayakan hasil referendum yang baru saja digelar.
Ribuan penduduk Yunani larut dalam euforia. Pertama kali dalam sejarah, Negeri Para Dewa ini menolak tunduk pada permintaan negara kreditur. Referendum alias jajak pendapat yang digelar pada Minggu lalu menunjukkan, sebanyak 61,3% suara memberikan suara "No".
Suara "No" berarti Yunani menolak keinginan negara pemberi utang, yakni Uni Eropa (UE) yang memaksa Pemerintah Yunani mengerek pajak sekaligus memangkas bujet bagi pensiunan.
"Hasil No berarti kami tidak takut pada ancaman yang akan dilakukan UE. Hasil referendum ini justru akan membuat Yunani dan UE kembali berunding," ujar Stathis Efthimiadis, warga Yunani yang berusia 47 tahun, kemarin.
Seusai jajak pendapat, Alexis Tsipras, Perdana Menteri Yunani memuji keberanian penduduknya. Sikap Tsipras sama seperti sebelumnya, menolak membiarkan negara kreditur atau akrab disebut Troika, memeras Yunani yang sedang kesusahan.
Kendati bersorak-sorai, warga Yunani harus bersiap menghadapi kenyataan pahit yang bakal diterima sebagai imbas dari penolakan tersebut. Hasil referendum ini berpotensi membuat negara kreditur berang dan mengeluarkan Yunani dari zona euro.
Sikap Eropa
Saat warga Yunani bersorak-sorai, para kreditur justru terperangah melihat hasil referendum. Para pemimpin UE kaget dan menyesalkan keputusan penduduk Yunani.
Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan, sikap Athena telah menghancurkan harapan terjadinya kompromi antara Yunani dengan UE. Hasil referendum memaksa Merkel dan Presiden Prancis Francois Hollande menggelar pertemuan darurat. Kedua pemimpin negara kuat Eropa ini dijadwalkan bertemu untuk mengambil sikap terhadap hasil referendum Yunani.
Sementara, Presiden Dewan Eropa Donald Tusk mengumumkan, para pemimpin zona euro bakal bertemu di Brussels pada Selasa malam (7/7). Paolo Gentiloni, Menteri Luar Negeri Italia mengatakan, sekarang adalah waktu untuk mencoba kesepakatan lagi. "Tapi tidak ada jalan keluar bagi Eropa dari labirin Yunani," ujar Gentiloni.
Hasil referendum mengejutkan karena survei terakhir ALCO Institute mengungkap, masyarakat yang setuju hidup hemat atau "Yes" sebanyak 44,8%. Sementara, yang menolak hanya 43,4%.