Sumber: Bloomberg | Editor: Sanny Cicilia
ZURICH. Lantaran harus membayar sanksi US$ 2,6 miliar pada regulator Amerika Serikat (AS), Credit Suisse Group AG harus merogoh kantong dalam-dalam. Akibatnya, bank terbesar kedua asal Swiss ini menderita rugi kuartalan terbesar sejak tahun 2008.
Credit Suisse membukukan rugi CHF 700 juta (US$ 779 juta) di periode tiga bulanan yang berakhir Juni lalu. Padahal, di periode yang sama tahun lalu, bank ini masih membukukan untung CHF 1,05 miliar.
Laba sebelum pajak untuk bisnis bank investasi stagnan di CHF 752 juta. Penedapatan di unit sekuritas terodorong oleh kenaikan pendapatan 14% di bisnis fixed-income menjadi CHF 1,43 miliar, dan bisnis perdagangan saham yang naik 29% menjadi CHF 268 juta.
Sedangkan bisnis wealth management membukukan penurunan laba sebelum pajak sebesar 8,4% year on year menjadi CHF 569 juta, meski menarik dana kelolaan baru sebesar CHF 7,4 miliar.
Credit Suisse terkena sanksi AS setelah bank ini mengaku membantu warga AS menyembunyikan aset dari pengawas pajak.
Reorganisasi unit
Untuk mengembalikan untung perusahaan, Chief Executive Officer (CEO) Brady Dougan memutuskan untuk melakukan reorganisasi di bisnis makro investasi perbankan. Salah satunya, dengan meninggalkan bisnis perdagangan komoditas agar fokus pada bisnis yang lebih menguntungkan.
Reorganisasi unit makro investasi perbankan diperkirakan akan mendorong penghematan dana US$ 200 juta, mengurangi aset tertimbang menurut risiko (ATMR) atau risk weighted asset sebesar US$ 8 miliar dan eksposur leverage US$ 25 miliar.
Berita Terkait
AS jatuhkan denda Rp 30 triliun pada Credit Suisse
