Reporter: Umi Kulsum | Editor: Tri Adi
Jianrong dalam sebuah wawancara mengatakan, kala itu orang-orang banyak yang beranggapan bahwa perusahaan kelas satu membuat standar, perusahaan kelas dua membuat merek dan hanya perusahaan kelas tiga yang membuat produk. "Tapi kami bersikeras melakukan hanya satu hal, dan kami bersikeras melakukannya dengan baik," ujar Jianrong.
Jianrong tidak ingin memaksakan diri untuk menjelajah ke bidang bisnis baru yang tidak dia kuasai. Strategi tersebut justru telah membantu Shenzhou memenangkan kepercayaan dari merek asing yang ingin mengalih dayakan prosedur manufaktur mereka ke China. Ini membuat perusahaan ini lambat laun makin membesar.
Tepat pada tahun 1998, Jianrong resmi menggantikan kursi pemimpin dari sang ayah. Selanjutnya, pada tahun 2000, Jianrong bersama ayahnya dan ipar laki-lakinya mengakuisisi seluruh Shenzhou International dan mulai kembali berjuang melanjutkan untuk membuat bisnis tekstil semakin berkembang pesat.
Keahlian Jianrong bukan hanya memproduksi beragam produk, namun juga bisa memproduksi sebuah produk dengan cara yang efisien melalui penyatuan rantai produksi sehingga membuatnya menarik bagi merek asing untuk bekerjasama. Tak heran, kemudian Shenzhou International telah menjadi mitra sejumlah nama produk fashion terkenal seperti Nike, Puma, Adidas dan Uniqlo.
Pada 2014, Shenzhou telah menjelma menjadi pemasok tekstil China terbesar ke Jepang. Agar kian berkibar, Jianrong memutuskan untuk membawa Shenzhou International melantai di bursa Hong Kong dengan menawarkan harga saham HK$ 2,625 per saham pada tahun 2005.
Sejak initial public offering (IPO) tersebut, nilai pasar Shenzhou telah naik lebih dari 16 kali. Kini, Shenzhou International memiliki sekitar 75.000 pegawai dengan kantor pusat yang berlokasi di Ningbo, China.
(Bersambung)
