kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.508.000   10.000   0,67%
  • USD/IDR 15.930   -61,00   -0,38%
  • IDX 7.159   -21,06   -0,29%
  • KOMPAS100 1.099   -4,07   -0,37%
  • LQ45 870   -5,38   -0,61%
  • ISSI 220   0,77   0,35%
  • IDX30 444   -2,96   -0,66%
  • IDXHIDIV20 537   -1,57   -0,29%
  • IDX80 126   -0,50   -0,40%
  • IDXV30 134   -0,68   -0,50%
  • IDXQ30 148   -0,41   -0,27%

S&P: Indonesia lebih rentan dari Malaysia


Senin, 07 September 2015 / 17:36 WIB
S&P: Indonesia lebih rentan dari Malaysia


Sumber: Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

SINGAPURA. Perekonomian Malaysia belakangan sering menjadi berita utama seiring ekonomi mereka yang diguncang skandal politik dan penurunan harga minyak. Belum lagi, nilai tukar ringgit yang performanya merupakan yang terburuk di kawasan regional.

Namun, menurut Standard & Poor's, posisi perekonomian Indonesia saat ini lebih rentan ketimbang Malaysia jika dikaitkan dengan hengkangnya arus dana asing.

"Di Malaysia, pasar modal mereka lebih dalam, sehingga tidak tergantung dari dana asing untuk mendanai pertumbuhan mereka. Sebaliknya, Indonesia lebih rentan dengan terjadinya perubahan dana asing yang masuk dan keluar. Kami mengkhawatirkan cadangan devisa Indonesia," papar Kyran Curry, S&P director of sovereign ratings di Singapura.

Berdasarkan riset S&P, cadangan devisa Bank Indonesia sudah melorot hampir 9% dalam enam bulan yang berakhir Agustus. Curry bilang, dirinya cemas pemerintah Indonesia sudah menggelontorkan terlalu banyak cadangan mereka untuk menstabilkan volatilitas di pasar mata uang.

"Pemerintah dan bank sentral Indonesia sudah berupaya untuk memperbanyak modal dari dalam negeri, namun upaya mereka terlalu lama. Sementara, pasar modal di Malaysia lebih besar dan lebih dalam," jelas Curry.

Asal tahu saja, rupiah sudah melemah 5,1% sejak akhir Juli. Lebih rendah dari pelemahan ringgit yang mengalami pelemahan 12% pada periode yang sama.

Di sisi lain, pasar saham dan pasar obligasi Indonesia jatuh lebih dalam ketimbang Malaysia dalam tiga bulan terakhir. Padahal, ekonomi Malaysia terpukul skandal korupsi Perdana Menteri Najib Razak dan penurunan harga minyak Brent.

Data lainnya menunjukkan, pihak asing sudah menarik dananya senilai US$ 467 juta dari pasar saham Indonesia tahun ini. Sebagai perbandingan, dana asing yang hengkang dari pasar saham Malaysia mencapai US$ 3,8 miliar.

Meski demikian, Curry menambahkan, peringkat utang kedua negara masih berada di level aman. Saat ini, dari tiga perusahaan besar pemeringkat internasional, hanya S&P yang belum menempatkan peringkat Indonesia sebagai negara yang layak investasi (investment grade). S&P hanya menyematkan peringkat utang Indonesia di level BB+. Sedangkan Malaysia diberikan rangking A- dengan outlook stabil.

"Outlook peringkat utang Indonesia bisa diubah dari positif menjadi stabil jika ketidakseimbangan makroekonomi Indonesia meningkat atau pemerintah Indonesia melakukan reformasi kebijakan," tambah Curry.


Berita Terkait


TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×