kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tokyo gelar simulasi pertama serangan militer sejak Perang Dunia II


Senin, 22 Januari 2018 / 15:01 WIB
Tokyo gelar simulasi pertama serangan militer sejak Perang Dunia II
ILUSTRASI. Roket rudal misil balistik Korut


Sumber: AFP | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - TOKYO. Ratusan warga Tokyo berlari mencari tempat perlindungan pada Senin (22/1) pada sebuah latihan evakuasi pertama untuk serangan militer sejak Perang Dunia II, di tengah ketegangan yang sedang berlangsung mengenai program nuklir Korea Utara.

Pengeras suara mengeluarkan peringatan mengerikan pada latihan yang diadakan di taman hiburan di Tokyo: "Kami memiliki informasi bahwa sebuah rudal sudah diluncurkan. Silakan berlindung dengan tenang di dalam gedung atau di bawah tanah."

Seorang pegawai taman berlari, sambil berteriak "sebuah rudal diluncurkan, sebuah rudal diluncurkan", sementara sekitar 250 penduduk setempat dan pekerja kantor dievakuasi ke gedung beton bertulang dan sebuah stasiun kereta bawah tanah terdekat.

Beberapa menit kemudian, sebuah pesan kedua diumumkan melalui loudspeaker: "Rudal telah lewat. Rudal tersebut kemungkinan terbang di atas wilayah Kanto (greater Tokyo) menuju Samudera Pasifik."

Warga yang tinggal di lokasi rawan gempa Jepang memang sudah akrab dengan latihan evakuasi simulasi bencana alam dan kebakaran dan latihan tahunan adalah ritual musiman yang terlihat hampir di mana-mana di negara ini -dari sekolah, tempat kerja hingga rumah perawatan.

Namun simulasi evakuasi rudal Korea Utara di Tokyo masih merupakan hal yang baru, walaupun latihan serupa diadakan di bagian lain Jepang tahun lalu.

"Saya pikir lebih baik daripada tidak melakukan latihan seperti itu, tapi saya berdoa tidak ada serangan rudal dari Korea Utara," kata Shota Matsushima, 20 tahun, seorang mahasiswa yang berada di stasiun kereta dekat lokasi latihan evakuasi, kepada AFP.

Kana Okakuni, 19 tahun, yang juga seorang siswa, menambahkan: "Saya pikir ada baiknya melakukan tindakan pencegahan, seperti latihan untuk gempa bumi."

- Ancaman dari Korea Utara

Latihan tersebut dilakukan karena tingginya ketegangan regional atas rudal nuklir dan rudal Korea Utara, di luar rencana Korea Utara untuk mengirim atlet ke ajang Olimpiade Musim Dingin bulan depan di Korea Selatan, yang telah menarik perhatian global.

Korut telah memilih Jepang, sekutu utama AS di wilayah tersebut, dengan serangan verbal, mengancam untuk "menenggelamkan" negara tersebut ke laut dan mengubahnya menjadi "abu".

Tahun lalu, Pyongyang menembakkan tiga rudal melewati Jepang sehingga memicu kecaman dan kemarahan.

Setiap kali Korut meluncurkan rudal di atas Jepang, sistem peringatan negara memperingatkan warga melalui telepon genggam dan pengumuman lewat pengeras suara di jalanan.

Tetapi banyak yang menilai bahwa sistem seperti itu tidak ada gunanya, dengan sedikit waktu untuk mengevakuasi dan sedikit fasilitas untuk bertahan dari serangan nuklir.

Ada juga alarm palsu.

Pekan lalu, penyiar publik Jepang NHK keliru berkata bahwa Korut tampaknya telah meluncurkan rudal, memperingatkan orang untuk berlindung sebelum meminta maaf atas kesalahan tersebut beberapa menit kemudian.

Hal itu terjadi selang beberapa hari setelah pesan peringatan palsu mengenai rudal balistik yang dikirimkan ke ponsel sehingga membuat warga ketakutan di Hawaii.

Latihan terbaru di Tokyo memicu aksi protes.

"Saya tidak ingin berpartisipasi dalam latihan semacam itu dan saya menentangnya, karena ini adalah cara untuk mempromosikan perang," kata Ikie Kamioka, 77 tahun, seorang mantan guru sekolah dasar yang berada di antara puluhan orang yang ikut demonstrasi.

"Anda tidak akan bertahan jika perang terjadi. Perang nuklir akan menghancurkan segalanya," katanya.




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×