Sumber: New York Times | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Bank sentral Amerika Serikat Federal Reserve menaikkan bunga kedua kalinya dalam tiga bulan. Rabu waktu setempat (15/3), The Fed memutuskan menaikkan bunga 25 basis poin ke kisaran 0,75%-1%.
"Ekonomi kita berjalan lancar, tingkat pengangguran telah turun dan banyak orang lebih optimis mengenai ketenagakerjaan," kata Gubenur The Fed Janet Yellen.
Sejak kenaikan bunga pertama akhir 2015, ekonomi terus menunjukkan perningkatan. Dalam pandangan The Fed, ekonomi bertumbuh cukup cepat, tapi tidak perlu agresif didorong. Ini beberapa alasannya:
Pertumbuhan tenaga kerja stabil
Ketenagakerjaan merupakan salah satu indikator terkuat bagi The Fed untuk menaikkan bunga. Dalam beberapa tahun terakhir, The Fed melihat, kenaikan tenaga kerja di AS stabil berkisar 200.000 per bulan. Tingkat pengangguran juga telah turun ke bawah 5%.
Tekanan terhadap inflasi mulai mereda
The Fed melihat kondisi ekonomi mulai berjalan stabil sejak krisis 2008. Inflasi hampir menyentuh target 2%, di mana The Fed melihat angka tersebut cukup sehat. The Fed memeperkirakan, inflasi tahun ini mencapai 1,9% dan naik menjadi 2% di tahun 2018. Sementara pemerintah AS menargetkan inflasi 2,1% tahun ini, dan 2,1%-2% di tahun depan.
Bunga pinjaman akan naik, tapi deposan diuntungkan
Sejak The Fed menaikkan acuan, bunga kredit pemilikan rumah (KPR) atau mortgage telah naik 0,5 basis poin. Begitu juga biaya untuk pembelian mobil dan kredit lainnya mulai menanjak. Perbankan biasanya menaikkan bunga pinjaman lebih dulu ketimbang bunga simpanan. Dengan kenaikan bunga berkala, deposan akan mulai merasakan manfaatnya