kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.430.000   -10.000   -0,69%
  • USD/IDR 15.243   97,00   0,63%
  • IDX 7.905   76,26   0,97%
  • KOMPAS100 1.208   12,11   1,01%
  • LQ45 980   9,43   0,97%
  • ISSI 230   1,69   0,74%
  • IDX30 500   4,71   0,95%
  • IDXHIDIV20 602   4,65   0,78%
  • IDX80 137   1,32   0,97%
  • IDXV30 141   0,53   0,38%
  • IDXQ30 167   1,08   0,65%

5 Hal Penting dari Wawancara Kamala Harris dan Tim Walz


Jumat, 30 Agustus 2024 / 13:55 WIB
5 Hal Penting dari Wawancara Kamala Harris dan Tim Walz
ILUSTRASI. Pada Kamis malam, Wakil Presiden Amerika Serikat, Kamala Harris, bersama Gubernur Minnesota, Tim Walz, melakukan wawancara pertama mereka. REUTERS/Marco Bello


Sumber: businessinsider.com | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pada Kamis malam, Wakil Presiden Amerika Serikat, Kamala Harris, bersama Gubernur Minnesota, Tim Walz, melakukan wawancara pertama mereka bersama sejak Presiden Joe Biden mengumumkan pengunduran dirinya dari pemilihan presiden.

Wawancara ini dipandu oleh Dana Bash dari CNN dan menjadi momen penting, khususnya bagi Harris, yang telah menghadapi kritik terkait pergeseran sikapnya dalam berbagai isu penting.

Ini lima poin utama yang dibahas dalam wawancara tersebut.

1. Kamala Harris Membahas Pergeseran Sikapnya

Harris menghadapi pertanyaan tajam mengenai perubahan sikapnya sejak kampanye presiden tahun 2020. Selama kampanye tersebut, Harris dikenal mendukung berbagai kebijakan progresif terkait perubahan iklim, imigrasi, dan layanan kesehatan. Salah satu isu yang disorot adalah dukungan Harris terhadap Green New Deal dan larangan fracking pada tahun 2019.

Harris menegaskan bahwa sikapnya tidak berubah dan bahwa ia tetap berkomitmen pada posisi yang ia nyatakan pada tahun 2020. Ia menekankan bahwa melalui Undang-Undang Pengurangan Inflasi yang diusung pemerintahan Biden, Amerika Serikat dapat membangun ekonomi energi bersih yang berkembang tanpa harus melarang fracking.

Harris juga menyatakan bahwa nilai-nilai yang ia anut tidak berubah, menyoroti pengalaman masa lalunya sebagai Jaksa Agung di negara bagian yang berbatasan dengan Meksiko, di mana ia menghadapi organisasi kriminal transnasional.

Baca Juga: Kamala Harris Ungguli Donald Trump dalam Beberapa Survei Pemilu Presiden AS

2. Kemungkinan Pengangkatan Republikan ke Kabinet

Dalam wawancara tersebut, Harris menyatakan kesediaannya untuk mengangkat anggota Partai Republik ke dalam kabinetnya jika terpilih sebagai presiden. Menurut Harris, penting untuk memiliki perspektif yang beragam dalam pengambilan keputusan, yang mencerminkan pengalaman dan pandangan yang berbeda.

Meskipun Joe Biden belum mengangkat anggota Partai Republik ke dalam kabinetnya, terdapat preseden dari presiden sebelumnya, seperti Barack Obama dan George Bush, yang melakukan hal serupa. Harris menekankan bahwa keberagaman pandangan ini akan menguntungkan masyarakat Amerika secara keseluruhan.

3. Kontroversi Terkait Layanan Militer dan IVF Tim Walz

Gubernur Tim Walz, yang kini menjadi calon wakil presiden, juga menghadapi pertanyaan seputar beberapa kontroversi terkait biografinya.

Salah satu isu yang disorot adalah klaim Walz mengenai layanan militernya, di mana ia mengindikasikan pernah membawa senjata dalam perang, meskipun ia tidak pernah ditempatkan di zona perang sebagai anggota Garda Nasional Minnesota.

Baca Juga: Donald Trump Kembali Menarik Perhatian dengan Meluncurkan Koleksi Kartu Digital

Harris menyatakan bahwa Walz telah melakukan kesalahan dalam penyampaiannya, namun menekankan bahwa ia adalah sosok yang berbicara dengan tulus dan penuh emosi.

Selain itu, Walz juga dikritik karena menyamakan proses fertilisasi in vitro (IVF) dengan inseminasi intrauterin (IUI), dua prosedur yang berbeda dalam perawatan kesuburan.

Walz berusaha menjelaskan bahwa meskipun terdapat perbedaan teknis antara IVF dan IUI, yang menjadi fokus masyarakat adalah upaya pembatasan hak aborsi yang dapat menghalangi kesempatan keluarga untuk memiliki anak.

4. Sikap Harris terhadap Kebijakan AS di Israel

Ketika ditanya mengenai kebijakan Amerika Serikat terhadap Israel, Harris menegaskan bahwa tidak akan ada perubahan kebijakan.

Di tengah tekanan dari demonstran pro-Palestina dan progresif lainnya yang mendesak embargo senjata terhadap Israel, Harris menyatakan dukungannya terhadap kesepakatan yang dapat menghasilkan pembebasan sandera dan gencatan senjata di Gaza, yang sesuai dengan posisi pemerintahan Biden saat ini.

Harris menekankan bahwa Israel memiliki hak untuk membela diri, namun ia juga menyoroti bahwa cara Israel dalam melakukannya sangat penting, dengan menekankan jumlah korban jiwa di pihak Palestina yang sudah terlalu banyak.

Baca Juga: Ini Rencana yang Diajukan Zelenskiy ke Biden untuk Akhiri Perang dengan Rusia

5. Momen Saat Biden Mengundurkan Diri dari Pemilihan

Harris juga berbicara mengenai momen ketika Presiden Joe Biden memberi tahu dirinya tentang keputusan untuk mundur dari pemilihan presiden.

Dalam wawancara tersebut, Harris menggambarkan suasana saat itu di mana ia sedang bermain puzzle dengan keponakan-keponakannya ketika Biden menghubunginya.

Harris mengungkapkan bahwa saat pertama kali mendengar keputusan tersebut, pikirannya lebih tertuju pada Biden daripada pada dirinya sendiri, menandakan adanya hubungan personal yang kuat di antara mereka.

Biden juga menegaskan dukungannya terhadap kampanye Harris, menambah beban tanggung jawab yang harus diemban oleh Harris dalam melanjutkan perjuangan politik yang telah dirintis oleh Biden.




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management Principles (SCMP) Mastering Management and Strategic Leadership (MiniMBA 2024)

[X]
×