Sumber: Reuters | Editor: Hasbi Maulana
KONTAN.CO.ID - NEW DELHI. Orang-orang di seluruh India berebut mendapatkan pasokan oksigen demi menyelamatkan jiwa pada hari Jumat, kemarin. Pasien terbaring sekarat di luar rumah sakit sejalan kematian akibat COVID-19 setiap 5 menit di ibu kota New Delhi.
Untuk hari kedua berturut-turut, jumlah infeksi semalam di negara itu 332.730, lebih tinggi daripada yang pernah tercatat di mana pun di dunia sejak pandemi mulai tahun lalu.
Gelombang kedua India telah melanda sangat ganas sehingga rumah sakit kehabisan oksigen, tempat tidur, dan obat anti-virus. Banyak pasien telah ditolak karena tidak ada tempat untuk mereka, kata dokter di Delhi, seperti dikutip Reuters.
Sirene ambulans terdengar sepanjang hari di jalan-jalan sepi ibu kota, salah satu kota terparah di India, di mana penguncian diberlakukan untuk mencoba dan membendung penularan virus.
Baca Juga: Bos Spotify ingin membeli klub sepakbola Arsenal, menyusul protes fans
Kremasi massal telah dilakukan karena ruang krematorium telah habis.
Di Rumah Sakit Guru Teg Bahadur di timur laut kota, pasien kritis yang terengah-engah tiba dengan ambulans atau becak motor. Beberapa pasien menunggu berjam-jam di troli di luar.
Shayam Narayan meninggal sebelum dirawat, kematian yang tidak mungkin dihitung dalam meningkatnya jumlah korban di kota itu.
"Sistemnya rusak," kata adik laki-lakinya Raj.
Tushar Maurya, yang ibunya dirawat di dalam, mendesak siapa pun yang tidak dalam kondisi serius untuk menjauh.
"Staf melakukan yang terbaik tetapi tidak ada cukup oksigen," katanya.
Baca Juga: Jepang umumkan keadaan darurat Covid-19, KBRI Tokyo imbau WNI tak mudik
Saluran televisi India Today menunjukkan kerabat yang marah di luar rumah sakit di Ahmedabad, kota terbesar di negara bagian asal Perdana Menteri Narendra Modi di Gujarat.
"Orang-orang sekarat di depan rumah sakit sementara mereka menunggu tempat tidur tersedia," kata seorang pria.
Pemuda lain, yang tidak disebutkan namanya, berkata, "Inikah alasan kami memilih pemerintah ini? Saat kami paling membutuhkannya, kami mendapati diri kami sendirian. Kemana orang miskin akan pergi?"