Sumber: Al Jazeera,Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - NEW DELHI. India kini ada berada dalam masalah yang belum pernah terjadi sebelumnya akibat serangan gelombang panas ekstrem. Beban kini mulai dirasakan sektor pertanian, ekonomi, hingga kesehatan masyarakat.
Perubahan iklim yang signifikan terancam merusak upaya jangka panjang India untuk mengurangi kemiskinan, ketidaksetaraan, dan penyakit.
Menurut penelitian dari University of Cambridge yang dirilis hari Rabu (19/4), cuaca panas ekstrem di India telah menyebabkan lebih dari 24.000 kematian sejak 1992.
"India sekarang menghadapi benturan dari berbagai bahaya iklim. Cuaca ekstrem yang terjadi hampir setiap hari dari Januari hingga Oktober tahun lalu. Panas ekstrem menempatkan 80% dari 1,4 miliar populasi India dalam bahaya," tulis penelitian tersebut, seperti dikutip Al Jazeera.
Baca Juga: Laporan PBB: India Siap Salip China sebagai Negara Terpadat Dunia
Studi peer-review yang dipimpin oleh Ramit Debnath itu mengatakan, bencana dari gelombang panas di India telah menyebabkan kematian, penyakit, penutupan sekolah, gagal panen, hingga memperlambat pembangunan negara.
Pada hari Minggu (16/4), setidaknya 11 orang meninggal dan beberapa lainnya jatuh sakit saat menghadiri acara luar ruangan yang diselenggarakan oleh pemerintah negara bagian Maharashtra di pinggiran Mumbai.
Suhu pada hari itu mendekati 38 derajat Celcius dengan tingkat kelembapan yang tinggi.
Sayangnya, studi mengungkap bahwa fakta-fakta tersebut masih dianggap remeh oleh legislator dan pejabat negara.
"Indeks kerentanan iklim yang dimiliki pemerintah India kami yakini telah meremehkan efek gelombang panas yang lebih lama, lebih awal, dan lebih sering terhadap perkembangan," kata Debnath kepada Reuters.
Baca Juga: PM Modi Targetkan India Jadi Negara Maju Dalam 25 Tahun
Dalam penelitiannya ditemukan bahwa sebanyak 90% dari total wilayah India kini berada di zona bahaya panas ekstrem dan negara tersebut belum sepenuhnya siap.
Cuaca panas ekstrem dapat menyebabkan penurunan hingga 15% dalam kapasitas kerja di luar ruangan, mengurangi kualitas hidup hingga 480 juta orang, dan menelan biaya 2,8% dari produk domestik bruto (PDB) pada tahun 2050.
Menurut Laporan Transparansi Iklim yang diterbitkan oleh kelompok lingkungan tahun lalu, turunnya produktivitas yang disebabkan oleh suhu yang sangat tinggi dapat merugikan India sebesar 5,4% dari PDB-nya.