Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Pembatasan ketat di China akibat Covid-19 turut berdampak pada pertumbuhan kinerja Starbucks Corp di sisa tahun fiskal. Adapun, penjualan di China turun 23%, meleset dari target Wall Street.
Memang, langkah-langkah penguncian ketat China untuk memenuhi kebijakan nol-Covid-nya telah mengubah operasional sebagian besar perusahaan global yang memiliki kehadiran signifikan di pasar Negeri Tirai Bambu tersebut, termasuk Apple dan pemilik Taco Bell, Yum China.
"Saya tetap yakin bisnis Starbucks di China pada akhirnya akan lebih besar daripada bisnis kami di AS," kata Chief Executive Officer Starbucks Howard Schultz dikutip dari Reuters, Rabu (4/5).
Perusahaan menilai, masih ada dampak yang lebih besar untuk hasil kuartal selanjutnya karena waktu penguncian di Shanghai dan kebangkitan virus di Beijing dan kota-kota lain. Meski begitu, Schultz bilang, permintaan di gerai yang berada di AS terus tumbuh.
Penjualan global Starbucks naik 7% pada kuartal kedua tahun fiskal. Namun, kenaikan penjualan tersebut masih di bawah proyeksi pertumbuhan dari analis yang disurvei oleh Refinitiv dengan kenaikan 7,1%.
Baca Juga: Saham Starbucks Jatuh Lebih dari 3% Setelah Pengumuman Penghentian Buyback
Di sisi lain, Starbucks juga sedang menyiapkan investasi baru senilai US$ 1 miliar di tahun 2022. Dana tersebut akan digunakan untuk peningkatan gaji, pelatihan tambahan, dan inovasi toko AS, di tengah lebih dari 50 kafe AS telah memilih untuk bergabung dengan serikat pekerja
Perusahaan juga akan mempercepat peluncuran oven dan mesin espresso baru serta mempercepat perawatan dan perbaikan. Selain itu, Starbucks juga akan memperbarui aplikasi untuk memberi pelanggan waktu yang lebih akurat untuk mengambil minuman mereka.
Schultz menambahkan, pelanggan akan dapat mulai menambahkan tip untuk pembelian kartu kredit dan debit mereka pada akhir tahun 2022, sesuatu yang barista di toko serikat pekerja di Buffalo, New York, meminta di meja perundingan.
Biaya yang lebih tinggi untuk tenaga kerja, pengiriman dan komoditas memakan margin operasional di Amerika Utara, yang berkontraksi menjadi 17,1% dari 19,3% pada tahun sebelumnya.
Total pendapatan bersih Starbucks naik menjadi US$ 7,64 miliar dari US$ 6,67 miliar di periode yang sama tahun sebelumnya. Kenaikan ini terjadi karena Starbucks membuka 313 toko baru selama kuartal tersebut.